Beberapa potong tahu, irisan lobak, taburan bawang goreng, serta kerupuk udang plus ketupat telah bercampur dengan aroma yang menggoda lidahku untuk menikmatinya. Suasana Jogja yang masih menyisakan hawa dingin tidak membuat lidah saya ikut menggigil di pagi hari ini. Satu porsi kupat tahun pedas siap menggoyang lidah untuk menghangatkan hawa dingin yang masih tersisa.
Saya memilih sarapan pagi di daerah selatan Jogja tepatnya di daerah Muja - Muju Umbulharjo Yogyakarta. Menuju lokasi warung kupat tahu Pak Budi bukanlah hil yang mustahal -meminjam ungkapan yang dipopulerkan pelawak Alm. Asmuni- sangatlah mudah karena berada di Jalan Kusumanegara tepatnya di perempatan SGM ke arah selatan kurang lebih 15 m. Warung ini juga sering disebut Kupat Tahu SGM.
Warung Kupat Tahu Pak Budi berdiri sejak tahun 1957, jadi tidak mengherankan di warung ini suasana jaman dulu alias jadul sangat kental terasa. Meja dan kursinya pun sangat sederhana dengan desain yang simpel dan tidak ada ornamen yang menempelnya. Melongok bagian dalam terdapat deretan botol limun yang sempat menjadi trend minuman di tahun 1980-an serta desian papan menu model vintage masih tergantung di dinding warung tersebut. Kelestarian Warung Kupat Tahu Pak Budi sampai sekarang masih berdiri dikarenakan adanya proses regenerasi yang diturunkan kepada istrinya dan anak-anak beliau.
Ada hal lain yang membuat warung ini terasa sangat kental aroma jaman dahulu yaitu, berjejer sepanjang meja klehik-klethik aneka rupa. Ada kripik tempe, rempeyek, rambak kulit sapi dan krupuk ndeso yang menjadi teman hangat di kala menunggu pesanan datang dan bisa menjadi makan pendamping dari kupat tahu itu sendiri.
Di iringi senyum lebar, salah satu pegawai dari warung tersebut menyodorkan satu porsi kupat tahu tersebut di depan saya. “Monggo lho mas, dipun rahapi.”. Dengan menundukan kepala dan membalas senyum, saya langsung mengaduk satu porsi tahu kupat tersebut agar bumbunya merata dan menyeruput es campur.
Sekilas kupat tahu ala Pak Budi tidak ada bedanya dengan kupat tahu Magelang, diantara rerimbunan kupat tahu terselip irisan lobak dan taburan toge. Yang membuat beda dari kupat tahu Magelang ini, adalah aroma daun jeruk yang di tabur bersama bawang goreng. Sensasi di mulai ketika lidah ini mengecap kuahnya terdapat perpaduan rasa manis dan asam yang proporsional, serta potongan-potongan cabe merah yang menambah rasa kaget di lidah saya.
Sebelum berpamitan saya sempat mengobrol langsung dengan Pak Budi yang pada waktu itu menggunakan kaos warna putih, celana hitam dan kopiah warna hitam. Beliau dengan ramah menyapa saya dan menceritakan pengalaman beliau ketika pertama kali membuka warung kupat tahu ini. Beliau pun dengan semangat bercerita tentang ikhwal membuka warung kupat tahunya ini.
"Saya masih sangat muda pertama membuka warung ini, yaitu umur 20 tahun," cerita Pak Budi sembari menunjukkan spanduk tahun berdirinya warung milik beliau ini. Beliau juga menceritakan warung ini sangat ramai ketika jam makan siang serta pada musim liburan. "Kita terkadang juga sampai kewalahan menghadapi banyaknya pengunjung disini mas," sambung mbak Tini salah satu karyawan Pak Budi. (konten: aanardian/kotajogja.com)
0 komentar:
Posting Komentar