Senin, 13 Agustus 2012

90 Ekor Tukik Dilepaskan Ke Habitatnya

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA –  Cuaca cerah sore hari melengkapi kegembiraan anak-anak kecil yang datang bersama orang tuanya ke Pantai Gua Cemara Bantul, Minggu (12/8/2012). Di bawah sinar matahari yang lama-lama berubah jingga karena senja tiba, anak-anak ini nampak  tak sabar ingin segera memegang puluhan ekor tukik atau anak penyu yang ditempatkan di kotak stereo foam.

Meskipun beberapa dari mereka ada yang geli dan takut saat disuruh memegang tukik, namun akhirnya anak-anak ini kegirangan setelah tukik diletakkan di telapak jarinya masing-masing.

Adalah Budi Kristanto (40) salah satu peserta yang membawa enam anggota keluarganya sore itu. Salah satu dokter di RS Sardjito Jogja ini, nampak asik mengabadikan momen ketika dua putranya Farel (11) dan Rafa (3) meringis geli saat tukik meronta-ronta di tangan mereka.

"Sengaja saya bawa anak-anak kesini supaya mereka belajar cara menyayangi hewan yang dilindungi. Ini sebagai sarana edukasi langsung , learning by doing," ujarnya pada Tribun di sela acara, Minggu (12/8/2012).

Lanjutnya, ketika di rumah, Budi memperkenalkan anak-anak mereka sebatas pada hewan peliharaan seperti ikan Koi yang dipelihara di halaman depan rumahnya.

"Kalau tukik ini kan termasuk langka, kesempatan ikut menjaga habitatnya dan melepasnya langsung ke pantai bersama keluarga adalah momen yang sangat langka. Ini baru pertama kali kami lakukan, keluarga  sangat bersemangat, terutama anak-anak saya," paparnya.

Baginya acara seperti ini adalah salah satu wisata alternatif yang potensial untuk dikembangkan menjadi agenda rutin.

"Sayangnya mungkin informasi ini tidak diketahui banyak orang. Teman-teman saya banyak yang tertarik kesini bersama anaknya setelah saya kasih tahu. Mungkin kedepan bisa di publikasikan lebih luas lagi," tandasnya.

Acara pelepasan tukik bertajuk Save The Sea Turtle yang diselenggarakan oleh Koperasi Sekunder LEPP M3 Kabupaten Bantul bersama Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Pesisir (P3MP) Bantul ini, adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian habitat penyu.

Dikemas dengan model lelang adopsi, acara pelepasan tukik ini terbuka untuk umum. Bagi siapa saja yang berminat mengadopsi tukik untuk dilepas ke laut, cukup menyerahkan biaya Rp 10 ribu untuk satu tukik sebagai sumbangan untuk dana konservasi.

"Saat ini, sda sedikitnya 70 ekor tukik yang kami tawarkan untuk diadopsi. Teknisnya bagi yang berminat cukup membayar Rp 10 ribu nanti akan mendapatkan fasilitas free akses masuk pantai, suvenir dan pelepasan tukik," ujar Asa Bellatami ketua P3MP pada Tribun disela pelepasan Tukik, Minggu (12/8/2012).

Karena bertepatan dengan bulan ramadan ada adopsi model paket yaitu Rp 20 ribu dan Rp 25 ribu akan mendapatkan free akses masuk ke pantai, suvenir, pelepasan tukik serta paket makan buka puasa, katanya.

"Ini adalah tahap pelepasan keempat selama tahun 2012. Kendala kami adalah masih minimnya sarana untuk konservasi. Ketika ingin publikasi untuk adopsi, kami masih belum sanggup mengkondisikan agar telur bisa terjadwal dengan baik dalam proses penetasan. Masih kami lakukan secara sederhana dan tenaga suka rela," ungkapnya.

Bahkan, karena masih dalam taraf menuju managemen konservasi yang baik, beberapa kali pihaknya terpaksa melepaskan tukik yang jumlahnya puluhan ekor begitu saja, tanpa disertai seremonial seperti saat ini.

"Dua pekan lalu kami lepaskan sekitar 90 ekor tukik, karena memang sudah waktunya dilepas, sebenarnya bisa saja kita publikasikan agar kepedulian terhadap tukik meningkat, namun karena kendala teknis dan koordinasi maka terpaksa kami lepas begitu saja," katanya.

Telur penyu yang menetas pada tahap empat ini, mulai dikumpulkan dari pantai semenjak 8 Juni hingga 19 Juli, sedikitnya ada 1.500 an telur. Kemudian telur-telur tersebut ditetaskan di sarang semi alami beberapa ratus meter dari pantai.

"Untuk saat ini, diperkirakan telur-telur tersebut akan menetas antara  tanggal 9,12,15,16,19,21,22 bulan Agustus ini," imbuhnya.

Ia menambahkan, dari sekian banyak telur penyu yang ditetaskan secara alami tersebut, sayangnya hanya 50-80% saja yang menetas. Sehingga memang dibutuhkan perhatian khusus untuk melestarikannya,
pungkasnya.(*)

0 komentar:

Posting Komentar