Dia
seorang pria, diukur dengan parameter apapun di dunia ini adalah pria
yang bahagia dan sentosa lagi sejahtera. Bagaimana tidak, hidup
berkelimpahan harta dikelilingi keluarga yang dicintai dan mencintainya.
Amal dan zakat mengalir lancar dari kas keluarganya, untuk membangun
banyak rumah ibadah, membantu dan menyantuni sangat banyak anak
terlantar, sumbangan ke organisasi agamanya, membiayai misi penyebaran
agamanya, membiayai misi perjuangan untuk kemuliaan dan kejayaan
agamanya, dan banyak lagi.
Hidup
duniawi yang sejahtera. Hampir semua yang tertulis pada kitab suci
telah dilakoninya, dengan setulus dan segenap jiwa raganya. Bukankah
sangat wajar jika pria ini merasa bahwa sebuah tempat di surga telah dan akan menjadi miliknya.
Wajar
pula jika sesaat nafas akan berakhir, lima detik menjelang sakaratul
maut menjemput, sang pria bahagia menghaturkan doa dengan segenap
kerendahan hati dan setulus jiwa raga, sekedar mengingatkan Tuhan
tentang segala perbuatan amal ibadahnya yang mendekati sempurna di
dunia. Berdoalah dia :
“terimakasih
ya Allah yang maha kuasa, telah memberkatiku dengan segala berkat
duniawi. Dan terimakasih juga atas kekuatan dariMu, Kau mampukan aku
untuk melakukan segala kehendakMu. Kau berkati aku dengan harta sehingga
aku dapat beramal dan berzakat, Kau berkati aku dengan kekuatan
sehingga aku dapat berjuang untuk kemuliaanMu, aku mampu berperang untuk
menyebarkan ajaranMu, aku mampu berjihad untuk membelaMu, aku
berkekuatan untuk mendirikan kerajaanMu. Maka mohon berkatilah aku
sekali lagi, untuk segala amal dan zakatku, untuk segala keringat dan
jerih payahku, demi kemuliaan namaMu, demi tegaknya hukumMu, demi
tersebarnya firmanMu, berkatilah aku dengan secuil tempat di sampingMu,
di surga yang maha indah. Amien”.
Tetapi
ada secuil suara samar di telinganya, entah suara siapa dia tidak tahu
karena dia belum pernah mendengar intonasi suara bariton itu.
Hihi
hihi, emang lho itu siape, merasa perbuatanmu membuat Allah jadi mulia.
Emang lho sekuat ape, lho mampu mendirikan kerajaan Allah ?, jangan
culun gitu dong. Lho itu tak lebih dari sebutir debu, malah merasa lho
yang menyebarkan firman Allah, sombong. Ada atau tidak ada lho, nggak
ngaruh sama kemuliaan Allah, kerajaan Allah akan tetap ada dan eksis
sampai kapanpun, dan firmanNya tetap akan tersebar luas. Lagian
bagaimana sebutir debu seperti lho mau membela Allah yang maha kuat,
selain culun kau itu sok pamer saja.
Sang pria merasa kaget dan sedikit marah, tapi mengingat ajal yang menjelang maka dipanjangkannyalah sabarnya.
Tetapi aku kan membantu banyak orang miskin, menyumbang pembangunan rumah ibadah, menyantuni anak yatim.
Ya,
dan semua yang kau lakukan hanya terhadap orang yang agamanya sama
dengan agamamu. Perampok juga melakukan itu, mereka merampok dan lalu
membantu keluarganya yang miskin, dan lalu menyumbang untuk menolong
sesama perampok yang sedang kesusahan, perampok juga berperang untuk
membela sesama perampok, dan diantara sesama perampok terdapat rasa
saling setia, saling membela dan saling melindungi. Jadi apakah yang
membedakan kau dengan perampok?
Aku
berjalan di jalan Allah, perampok berjalan di jalan sesat. Aku beramal
dari hasil keringatku, perampok itu beramal dengan memeras keringat
orang lain. Pria yang bahagia ini mulai terpancing emosinya.
Wou,
tadi kau bilang itu semua adalah berkat dari Allah, sekarang kau bilang
itu hasil keringatmu, mana yang betul?. Kau bilang kau berjalan di
jalan Allah, tetapi kau biayai orang untuk meledakkan bom dan membunuh
ciptaan Allah. Kau bunuh orang yang menghina Allah, kau siksa orang yang
tidak mengakui Allah, kau rajam orang yang mencaci maki Allah, kau
tebas leher orang yang memurtadkan Allah, kau tusuk jantung orang karena
tidak mau bersujud di hadapan Allah, kau kucilkan orang yang tidak
mematuhi perintah Allah.
Bukankah begitu perintah Allah?
Ha?…kau
pikir Allah maha lemah karena membiarkan diriNya dihina, dicaci maki,
tidak diakui, tidak disujudi, perintahNya dicuekin, sehingga Allah
membutuhkan engkau untuk memulihkan harga diriNya ?. culun ….. culun
Sementara
Allah maha bersabar menunggu sebuah pertobatan mahluk manusia yang
dicintaiNYa itu, engkau dengan pongah menghilangkan kesempatan
pertobatan itu.
Sang pria ini tersadar akan sebuah dosa besar yang dilakukannya, yaitu dengan menghilangkan kesempatan orang untuk bertobat.
Dan pada detik terakhir hidupnya, pertobatan itulah yang dilakukannya, dan menyelamatkannya.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar