Kamis, 20 Oktober 2011
Rabu, 19 Oktober 2011
Teknik Geologi UGM Jadi Pusat Unggulan Pengurangan Risiko Longsor
07.14
No comments

Penganugerahan penghargaan dilakukan bersamaan dengan konferensi bencana longsor yang dihadiri 80 negara di dunia, 3 Oktober 2011 di Kantor Pusat FAO, Roma.
Kepala Jurusan Jurusan Teknik Geologi UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menyampaikan Jurusan Teknik Geologi UGM berhasil bersaing dengan 42 penelitian tentang bencana tanah longsor yang berasal dari 30 negara di dunia.Dalam kesempatan tersebut dipilih tiga terbaik yaitu UGM, United State Geological Survey (USGS) yang bekerja sama dengan Canadian Geological State dan adalah Norwegian Geotechnical Institute.
"Waktu itu terdapat 44 penelitian longsor dari 30 negara di dunia. Setelah dievaluasi akhirnya dua penelitian kita tentang deteksi dini bahaya longsor dan KKN-PPM Mitigasi Bencana Longsor yang terpilih sebagai world center of excellent for community based landslide disaster risk reduction. Penelitian kami dinilai unggul karena dianggap visioner dengan melibatkan masyarakat dan generasi muda dalam deteksi dan mitigasi longsor," jelasnya, Kamis (13/10/2011) di UGM.
Dwikorita menuturkan secara rutin setiap tahunnya jurusan melaporkan kegiatan penelitian mengenai pengurangan resiko bencana longsor di Indonesia. Hasil penelitian dilaporkan ke konsorsium penanganan lonsor dunia. "Mulai tahun 2009 lalu kami secara rutin mengirimkan laporan riset tentang pengurangan resiko bencana longsor di Indonesia ke International Consortium on Landslide," papar Guru Besar Geologi UGM ini.TRIBUNJOGJA.COM
Selasa, 16 Agustus 2011
Selasa, 09 Agustus 2011
Brrrr...suhu Jogja malam hari capai 16 derajat
19.19
No comments

BMKG Jogja memprediksi, rendahnya suhu saat malam hari akan terjadi hingga akhir Agustus. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jogja Toni Wijaya menjelaskan, penurunan suhu udara itu terjadi karena saat ini Jogja tengah mengalami puncak musim kemarau.
Dijelaskannya, akibat musim kemarau ini langit cenderung cerah di siang hari. Penyebabnya, jelas Toni, awan hasil dari penguapan air di bumi langsung terpantul ke matahari dan menyebabkan panas di siang hari. Sebaliknya, akibat awan tidak banyak terkumpul maka bumi tidak memiliki penutup sehingga menyebabkan suhu turun dan dirasa dingin pada malam hari.
“Agustus ini kita mengalami puncak kemarau sehingga hasil penguapan banyak dipantulkan ke udara, sehingga sinar matahari langsung dan menyebabkan panas, sebaliknya pada malam hari akan terasa sangat dingin,” katanya hari ini, (9/9).
Dari pemantauannya sepanjang Agustus ini, suhu udara saat siang maksimal mencapai 32 derajat celcius. Sementara suhu terendah terpadi pada Jumat (5/8) kemarin dengan suhu mencapai 16 derajat celcius. “Suhu dingin di malam hari dan panas di siang hari kami prediksikan masih akan terus terjadi sampai akhir Agustus,” kata.(Harian Jogja/Rina Wijayanti)
Minggu, 07 Agustus 2011
Wasiat Dahsyat Penolak Kefakiran
21.27
No comments

Kedua mata pedang tersebut saling menguatkan, kedua mata pedang tersebut menambah kekuatan keyakinan hamba atas kekuasaan Yang Maha Kuasa. Logika bisnis dan usaha kadang-kala menjadi terbalik, bahkan hasil yang di raih pun seringkali ilmu matematika ataupun indikator ekonomi tak mampu menjangkau.
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 35:2)
“Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang di kehendaki Nya di antara hamba-hambaNYA dan menyempitkan bagi (siapa yang di kehendakiNya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi Rezeki yang sebaik baiknya” (QS 34:39)
Pada saat krisis tiba, niscaya mereka para pribadi muslim haruslah merasa yakin dan tetap tenang. Mereka tidak gundah atas berita yang beredar di media masa, mereka tidak turut serta menggaungkan senandung yang sama dengan kaum yang lain , mereka punya sikap yang unik dan berbeda dengan kaum yang lain, alasannya karena mereka punya keyakinan yaitu mereka memiliki ALLAH, PEMILIK SEGALA KEPUTUSAN, PEMBERI REZEKI.
Seringkali ummat islam terlupakan adanya kekuatan ujung mata pedang yang kedua ini yaitu kekuatan amalan ibadah dan doa , sebahagian ummat islam sekarang cenderung mengikuti pola manajemen barat yang serba ‘sebab akibat’ secara rasional, yang tentunya paham barat tersebut telah nyata melupakan faktor Tuhan sebagai Penentu. Walaupun sebagian mereka berhasil dalam usahanya, maka hasil kerja yang di dapat paling tidak hanya memperbanyak digit nilai materi saja, dan hampa dalam nilai keimanan serta berpeluang hilang keberkahannya, ketahuilah bila niat dan hasilnya dasarnya sudah menyimpang , hasil itu semua kelak akan nihil di hadapan Allah.
Rugi sekali bagi seorang muslim, apalagi kalangan pengusaha muslim khususnya, bila meninggalkan kekuatan yang satu ini, mereka punya Allah, mereka punya peluang doanya terkabul, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik di banding orang kafir, kenapa kita harus tunduk kepada yang lainnya, bahkan melemahkan diri?
Banyak sekali hadist Nabi maupun kisah sahabatnya yang memberikan gambaran bagaimana seorang muslim berdoa, kesemuanya merupakan karuniaNYA agar ummat islam khususnya para pengusahanya agar memiliki pegangan dan panduan dalam melangkah di kehidupan dunia ini, menjadi pengelana yang tak akan tersesat di antara ujian kehidupan berupa kelapangan maupun kesempitan.
…………
Adalah Abdullah bin Mas’ud , salah seorang sahabat dekat Rasul SAW. Di masa Khalifah Usman bin Affan, dia menderita sakit dan terbaring di atas tempat tidurnya, Khalifah usman menjenguknya dan menyaksikan Abdullah bin Mas’ud dalam keadaan sedih.
Usman : “Apa yang membuatmu sedih?”
Abdullah : “Dosa dosaku”
Usman : “Apa yang engkau inginkan dariku, aku akan penuhi?”
Abdullah : “Saya merindukan rahmat Allah”
Usman : “Jika engkau setuju, aku akan memanggilkan tabib”
Abdullah : “Tabib hanya membuatku sakit”
Usman : “Jika engkau tak keberatan, aku akan perintahkan bendaharaku untuk memberimu harta dari baitul mal”
Abdullah : “Ketika aku amat membutuhkannya, engkau tak memberiku sesuatu, dan sekarang tatkala aku sama sekali tak membutuhkannya, engkau hendak memberikan sesuatu!”
Usman : “Pemberian itu juga hadiah untuk putri putrimu”
Abdullah : “Mereka juga tak membutuhkan sesuatu, karena aku telah berwasiat kepada mereka untuk membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kefakiran”
Nah, saudara muslimku, informasi ini sudah sampai kepada anda semua, jangan di sia-siakan , mari kita lakukan amalan ini, Insha Allah, kita mampu untuk tetap tegar dalam menghadapi ujian kehidupan ini dan niscaya Insha Allah, kefakiran pun tak akan hadir di hadapan kita semua. Dan berilah wasiat yang sama kepada orang orang yang anda cintai, agar mereka bisa seberuntung seperti yang di sabdakan Rasul SAW di atas. Amin.
www.eramuslim.com
Kera Gunung Kidul Incar Perempuan
20.35
No comments

Mungkin hewan primata ini terlepas dari kawanannya dan saat ini memasuki musim kawin.
-- Neo Emirensiana --
Kepala Dusun Duwet Tugimin mengatakan, kera-kera itu berani memasuki rumah warga dan bersembunyi di antara genteng rumah penduduk.
"Selain mengambil hasil panen yang disimpan di dalam rumah, mereka juga mengintip warga yang tengah mandi di telaga atau sumber mata air. Saya menduga kera-kera tersebut berjenis kelamin jantan karena yang diincar adalah warga perempuan," katanya, Kamis (4/8/2011).
Sementara warga lain, Sawikem (60), mengatakan, kera tersebut tidak takut dengan perempuan. Pernah ia mengusir kera yang masuk ke dalam rumahnya dengan sabit, tetapi kera tersebut tidak takut.
"Kalau diusir oleh laki-laki, baru dia baru takut, Mas. Warga perempuan di sini sangat takut dengan perilaku aneh kera-kera jantan tersebut," katanya.
Kepala Seksi Perlindungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunung Kidul Neo Emirensiana mengatakan, ia telah mendapatkan laporan dari warga bahwa kera yang diperkirakan berjenis kelamin jantan tersebut sering kali mengintip perempuan dari atas genteng dan pohon.
"Mungkin hewan primata ini terlepas dari kawanannya dan saat ini memasuki musim kawin," kata Neo.
Dari data yang ada, serangan kera ekor panjang sudah mencakup tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Tepus, Panggang, Paliyan, Semin, Purwosari, Girisubo, dan Ponjong. Namun, belum ada upaya konkret guna menanggulangi serangan kera ekor panjang ini.
Salak pondoh DIY akan jadi hidangan di Istana Merdeka
19.49
No comments

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Seksi Pemasaran Hasil dan Pembiayaan Dinas Pertanian DIY, Nana Hartanto, belum lama ini. Ditemui di kantor Dinas Pertanian DIY ia mengatakan, Departemen Pertanian di Jakarta mengirimkan surat yang berisi permintaan sekitar dua kuintal salak pondoh dari Sleman untuk dikirimkan ke Jakarta pada 11 Agustus.
Salak tersebut nantinya akan dihidangkan kepada para tamu yang datang ke Istana Merdeka dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. "Permintaan ini biasa dilakukan di semua daerah di Indonesia," ujarnya.
Meskipun demikian, ia menilai permintaan salak pondoh tersebut merupakan bentuk pengakuan hasil pertanian tersebut di pentas nasional, bahkan internasional.(Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)
Kamis, 04 Agustus 2011
Sunardi Minta Pedagang Mengungsi
16.25
No comments

Menurut keterangan Koordinator SAR Pantai Baron, Sunardi, saat dihubungi Tribun Jogja, peningkatan tinggi gelombang tersebut sudah terjadi sejak Selasa (2/8) malam. Bahkan, untuk mengantisipasi abrasi ini, para nelayan terpaksa harus menyeret perahu yang berada di dekat bibir pantai. Selain itu, kedalaman abrasi kali ini mencapai 1 meter. Pedagang pun harus melakukan evakuasi terhadap barang-barang di lapak mereka.
"Kami langsung melakukan antisipasi dengan mengimbau para pedagang dan nelayan untuk menyelamatkan barang-barang mereka dan membawa ke tempat yang lebih aman," katanya.
Gelombang tinggi hingga mencapai 5 meter terjadi di Pantai Baron, Desa Ngepung, Kemadang, Tanjungsari, Rabu (3/8). Akibat tingginya gelombang tersebut, garis pantai semakin menjorok ke daratan sejauh 200 meter. Selain itu, 12 lapak pedagang hancur dan sekitar 64 perahu nelayan nyaris karam.
Sunardi juga menambahakan bahwa abrasi tahun ini, merupakan abrasi dengan tingkat yang tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3 meter. Ia menambahkan, dari 20 lapak di sebelah timur pantai, hanya menyisakan tiga lapak saja. Sisanya hancur diterjang ombak.
"Hancurnya lapak tersebut secara bergiliran dan puncaknya abrasi Selasa malam," lanjutnya.
Salah satu pedagang yang lapaknya hancur, Ngadimin (40), terpaksa mengemasi barang-barang yang masih tersisa dan mengamankannya. Penjual ikan bakar dan makanan hasil laut ini mengaku mengalami kerugian hingga jutaan rupiah. "Terpaksa saya dan beberapa teman-teman yang lain, harus mengemasi lapak yang sudah hancur, " lanjutnya. (ais)
Pusat Jajanan Buka Puasa di Jogja

Berikut beberapa tempat yang bisa menjadi alternatif berbuka puasa di Jogja:
1. Pasar Tiban di Kampung Kauman
Tempat yang satu ini mungkin sudah dikenal masyarakat luas sebagai pusat jajanan buka puasa ramadhan, karena merupakan pionir munculnya beberapa tempat jajanan buka puasa yang laen. Terletak di gang sempit Kauman yang konon dimulai sekitar tahun 1973. Setiap Ramadan, kawasan Kauman berubah menjadi Pasar Tiban yang berjualan makanan khas berbuka puasa. Yang unik dari pasar ini, karena memperdagangkan jajanan khas Keraton Yogyakarta. Di antaranya kicak, jadah manten, serabi kocor, sarang gesing, semar mendem, dan bubur saren. Tak heran, jika jenis makanan ini susah ditemui dengan mudah di pasaran umum pada hari biasa.
Pasar Tiban Kauman sebenarnya berawal dari profesi sebagian besar warga setempat yang umumnya menjadi juru masak di keraton. Saat itu, atas seizin keraton para juru masak membuat jajanan berbuka puasa secara berlebih agar bisa dibagi-bagikan pada warga sekitar. Dengan begitu, warga pun bisa menikmati jenis makanan yang dipercaya mengandung berkah itu.
2. Jalur Gaza
Jalur Gaza (Jajanan Lauk Sayur Gubug Ashar Zerba Ada) terletak di Sorogenen Nitikan Umbulharjo. Kampung Nitikan ini disulap masyarakat menjadi Jalur Gaza selama 30 hari penuh selama bulan Ramadhan.
Jalur Gaza yang diselenggarakan tepatnya dikawasana Masjid Muthohhirin
ini, kita bisa menemukan penjaja makanan dadakan yang memenuhi tepi
jalan menawarkan berbagai macam menu pembuka puasa. Pasar Sore
Ramadhan ini buka mulai pukul 15.00 – 17.45 WIB. Banyaknya pengunjung
di kawasan ini pun akhirnya tak luput dari kemacetan.
3. Pasar Tiban Jogokaryan
Pasar tiban ini terletak di Jalan Jogokaryan utara masjid Jogokaryan. Pasar tiban ini mulai ramai dan menjadi alternatif selain pasar tiban Kauman. Karena letaknya dekat dengan beberapa pondok dan tempat belajar, maka yang paling banyak menuerbu adalah para santri dan para pelajar yang mondok di sekitar Krapyak, walaupun di sekitar pondok sendiri biasanya sudah banyak penjual jajanan buka puasa.
http://www.globalfmjogja.com/GLOBAL-SELEB/menyusuri-jalur-gaza-yogyakarta
http://mas-tony.com/2011/07/pusat-jajanan-buka-puasa-di-jogja.html
Dari Kotagede kerajaan Islam pertama
Seperti yang dilakukan oleh Sofianto, 36, warga Magelang, dan Badrus, 30 warga asal Cirebon yang Rabu(3/8) siang kemarin menyempatkan diri untuk salat dzuhur di Masjid Besar Mataram, Kotagede dan berjalan-jalan di kompleks tersebut.
Siang itu, mereka yang juga sebagai anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY kebetulan melintasi kompleks tersebut saat menjalankan tugasnya.
Karena adzan dzuhur berkumandang, mereka lalu mencari letak masjid tersebut. Mereka memarkir mobilnya, lalu wudlu dan memasuki masjid.
Berkunjung ke kompleks tersebut baru pertama kalinya mereka lakukan. Badrus mengaku sebelumnya hanya membaca buku- buku saja untuk mengetahui sejarah berkembangnya Islam di Jawa. Dan siang itu, dia baru menyempatkan diri memasuki kompleks tersebut bersama Sofianto yang juga mengaku penasaran.
Setelah usai salat, mereka kemudian memasuki kompleka makam. Mereka terhenti di Balai Pencaosan-tempat para abdi dalem berjaga.
Niatnya mereka memasuki makam, tapi karena masa puasa, makam tersebut tutup. Karena itu, mereka hanya berkeliling. ”Saya tidak tahu kalau waktu puasa tidak boleh masuk,” ujarnya kepada Harian Jogja.
Sebagai orang Cirebon, dia melihat ada perbedaan yang signifikan dengan kasultanan di tanah kelahirannya itu. Menurutnya hal yang paling kentara adalah titah raja. ”Raja disini masih dapat memengaruhi rakyatnya. Kalau di tempat saya tidak,” ucapnya.
Dari buku yang dibacanya, dia mengaku terkagum-kagum dengan Mataram. Pasalnya, katanya, negara Mataram adalah satu-satunya negara yang waktu itu mau menyatakan diri bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ”Mataram adalah satu-satunya negara yang mau bergabung dan ini sangat istimewa,” kata dia.
Lain halnya dengan apa yang dilakukan oleh Handani,50 warga Hargobinangun, Pakem, Sleman. Berziarah ke komplek tersebut dilakukannya untuk mencari berkah. Dia mengaku sudah berada di kompleks itu selama tiga minggu sambil berpuasa. Ia juga hanya membawa bekal pakaian seadanya.
”Di sini kan raja pertama Mataram berada. Disini ini tempat ritual terakhir saya lakukan,” ungkap dia.
Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta bagian Puroluyo Mas Bekel Hastano menjelaskan kompleks tersebut didirikan 1579 oleh Ki Ageng Pemanahan, orang yang diberi hadiah Hutan Mentaok oleh Kanjeng Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir karena berhasil membunuh Arya Penangsang.
Di Hutan Mentaok itu, lalu dibangun tempat tinggal keluarga Ki Ageng Pemanahan. Kurang lebih selama 10 tahun berdirinya bangunan tempat tinggal tersebut, anak Ki Ageng Pemanahan yang bernama Panembahan Senopati akhirnya mendirikan Kerajaan Mataram Islam di Kota Gede.(Wartawan Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)
harianjogja.com
Senin, 01 Agustus 2011
Kampung Kauman, Pesona Perjuangan Islam

Kampung Kauman pada jaman kerajaan merupakan tempat bagi 9 ketib atau penghulu yang ditugaskan Kraton untuk membawahi urusan agama. Sejak ratusan tahun lampau, kampung ini memiliki peran besar dalam gerakan keagamaan Islam. Di masa perjuangan kemerdekaan, kampung ini menjadi tempat berdirinya gerakan Islam Muhammadyah. Saat itu, seorang muslim bernama K.H Ahmad Dahlan yang menjadi pendiri gerakan tersebut merasa prihatin karena banyak warga terjebak dalam hal-hal mistik. Di luar itu, K.H. Ahmad Dahlan juga menyempurnakan kiblat sholat 24 derajat ke arah barat laut (arah Masjid al Haram di Mekkah) serta menghilangkan kebiasaan selamatan untuk orang meninggal.
Gapura yang bagian atasnya berbentuk lengkung akan menyambut sebelum memasuki Kauman. Bentuk lengkung itu merupakan salah satu ciri bangunan Islam yang banyak mendapat pengaruh dari Timur Tengah. Di bagian atas gapura, akan ditemui gambaran berbentuk lingkaran berwarna hijau dengan matahari bersinar 12 yang berwarna kuning di dalamnya. Gambaran tersebut sampai saat ini masih dipakai Muhammadyah sebagai lambang organisasi sekaligus institusi lain yang bernaung di dalamnya.
Menyusuri gang-gang kampung Kauman harus dengan berjalan kaki. Selain ada tanda dilarang memakai kendaraan yang dipasang di dekat gapura, jalan di Kauman sengaja dirancang agar menyulitkan kendaraan masuk. Perancangan itu bermaksud agar kebisingan tidak mengganggu kesibukan para santri belajar dan sebagai wujud filsafat kesetaraan di Kauman dimana setiap orang yang masuk diwajibkan menangggalkan status sosialnya dengan berjalan kaki.
Di kanan kiri gang, anda akan melihat ragam bangunan dengan berbagai desain rancang bangunnya. Sebuah rumah berwarna kuning yang kini dipakai penghuninya membuka retail akan ditemui tak jauh dari gapura. Rumah tersebut memiliki pintu, jendela, dan ruangan besar, serta ventilasi yang berhias kaca warna menunjukkan pengaruh arsitektur Eropa. Berjalan ke ujung gang dan berbelok ke kanan, akan dijumpai rumah berwarna putih dengan kusen jendela dan pintu berwarna coklat. Daun jendela yang bagian atasnya berbentuk lengkung menunjukkan kuatnya pengaruh Timur Tengah. Tepat di depan rumah itu, terdapat rumah berwarna biru dengan desain atap mirip rumah Kalang di Kotagede.
Di ujung gang sebelum berbelok, bila cermat anda akan menemukan sebuah monumen yang dikelilingi taman kecil. di monumen itu terdapat tulisan "Syuhada bin Fisabillillah", tahun 1945 - 1948, dan daftar nama yang memuat 25 orang. Monumen itu didirikan untuk memperingati jasa warga Kauman yang meninggal ketika ikut berperang memperjuangkan kemerdekaan. Kata 'Syuhada' menunjukkan bahwa warga Kauman yang tinggal kini menganggap para pejuang tersebut mati syahid.
Selain bisa melihat nama-nama pejuang kemerdekaan yang meninggal pada masa perang, anda juga bisa menemui salah satu pejuang yang kini masih hidup. Satu diantaranya adalah H. Dauzan Farook yang tinggal tak jauh dari pintu keluar kampung Kauman. Menurut ceritanya, saat perang kemerdekaan, ia ikut bergerilya bersama Panglima Besar Jendral Sudirman. Beberapa foto bersama sang panglima besar, newsletter pada masa perang kemerdekaan, dan berita-berita dari koran saat itu hingga kini masih disimpannya.
Di rumah Dauzan, anda juga akan mengetahui bahwa sampai kini pun ia masih berjuang. Ia mendirikan sebuah perpustakaan yang dikelola mandiri bernama Perpustakaan Mabulir. Setiap hari ia berkeliling dengan sepeda untuk menawarkan buku kepada masyarakat. Semua bukunya dipinjamkan hanya dengan satu syarat, orang yang dipinjami mesti mengumpulkan setidaknya 5 orang. Menurutnya, itu merupakan suatu bentuk kepedulian pada orang lain dan ajakan agar ilmu tidak dipendam untuk diri sendiri.
Sebuah sekolah lanjutan yang telah berdiri sejak 1919 juga dapat dijumpai di kampung ini. Awal berdirinya, sekolah itu bernama Hooge School Muhammadyah dan kemudian diganti menjadi Kweek School pada tahun 1923. sekolah yang juga didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan itu pada tahun 1930 dipecah menjadi dua, untuk laki-laki dan perempuan. Sekolah untuk laki-laki dinamai Mualimin dan untuk Perempuan dinamai Mualimat. Selanjutnya, istri Ahmad Dahlan juga mendirikan Yayasan Aisyah untuk kaum perempuan.
Bangunan paling dikenal yang termasuk dalam kompleks Kampung Kauman adalah Masjid Agung. Masjid yang menjadi masjid pusat di wilayah Kesultanan itu didirikan sejak 16 tahun setelah berdirinya Kraton Yogyakarta. Arsitektur masjid yang sepenuhnya bercorak Jawa dirancang oleh Tumenggung Wiryakusuma. Bangunan masjid terdiri atas inti, serambi, dan halaman yang keseluruhannya seluas 13.000 meter2. Bangunan serambi dibedakan dari bangunan inti. Tiang-tiang penyangga masjid misalnya, pada bangunan inti berbentuk bulat polos sebanyak 36 sedangkan pada bagian serambi tiangnya memiliki umpak batu bermotif awan sebanyak 24 buah.
Kalau sudah menjelajahi semuanya, anda akan mengakui kehebatan warga kampung kecil ini dan mempercayai bahwa Islam telah membawa perbaikan. Buktinya, sejumlah tokoh Islam Indonesia seperti Abdurrahman Wahid dan Amien Rais pernah belajar di kampung ini. Namun, jika belum puas berkelana, masih ada satu tempat lagi yang bisa dijajaki, yaitu Langgar Ahmad Dahlan. Dahulu, bangunan itu digunakan K.H. Ahmad Dahlan untuk mengadakan acara Sidratul Muntaha, sebuah pelajaran mengaji dan berdakwah. Langgar lain yang cukup legendaris adalah Langgar Putri Ar Rosyad yang merupakan langgar putri pertama di Indonesia. Bagaimana, cukup memuaskan? Jika sudah puas, barulah anda menuju ke kompleks Kraton lewat pintu keluar kampung.
Marhaban Ya Ramadhan!
15.41
No comments

Melalui puasa Ramadhan, Allah SWT menguji hamba-Nya untuk mengendalikan nafsu dan perutnya, serta memberikan kesempatan kepada kalbu untuk menembus wahana kesucian dan dan kejernihan rabbani. Puasa Ramadhan merupakan pokok pembinaan iman Islami, untuk menyempurnakan amal ibadah, untuk mendapatkan maghfirah (ampunan) dan ridlwan (keridlaaan) dari Allah Yang Maha Agung.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah SWT mengistemewakan bulan Ramadhan di atas bulan-bulan lainnya dengan menurunkan Al-Qur'an di dalamnya. Bahkan dalam riwayat-riwayat mashur juga dikatakan bahwa kitab-kitab suci yang diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu juga diturunkan pada bulan Ramadhan. Kitab nabi Ibrahim (suhuf) diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, kitab Zabur diturunkan kepada nabi Dawud pada malam kedua belas bulan Ramadhan, kitab Taurat diturunkan kepada nabi Musa pada malam keenam bulan Ramadhan dan kitab Injil kepada nabi Isa diturunkan pada malam ketiga belas bulan Ramadhan. Kitab-kitab tersebut merupakan petunjuk bagi umat manusia ke jalan yang benar dan penyelamat dari jalan yang sesat. Maka bulan Ramadhan dalam sejarahnya merupakan bulan dimulainya gerakan membasmi kemusyrikan di muka bumi, menghancurkan kekufuran, menepis kedengkian, melawan kebatilan dan kemungkaran, hawa nafsu serta kesombongan.
Ramadhan pada masa ini merupakan media utama pembinaan iman seorang mukmin, melalui ibadah puasa yang mempunyai dimensi pelatihan fisik (jasadiyah) dan metafisik (ruhiyah) yang diharapkan akan mengantarkannya menjadi seorang muslim yang sempurna. Firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah: 183-185, kutiba alaikumush shiyam (telah difardhukan puasa atasmu), dan faman syahida min kumusy syahra fal yashum (maka barangsiapa di antara kamu menyaksikan hilal bulan Ramadhan, maka berpuasalah), merupakan dalil pokok bagi kewajiban berpuasa.
Puasa Ramadhan juga merupakan pengendalian diri dari hegemoni nafsu syahwat dan pemisahan diri dari kebiasaan buruk dan maksiat, sehingga memudahkan bagi seorang hamba untuk menerima pancaran cahaya ilahiyah. Fakhruddin al-Razi menjelaskan dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa cahaya ketuhanan tak pernah redup dan sirna, namun nafsu syahwat kemanusiaan sering menghalanginya untuk tetap menyinari sanubari manusia, puasa merupakan satu-satunya cara untuk menghilangkan penghalang tersebut. Oleh karena itu pintu-pintu mukashafah (keterbukaan) ruhani tidak ada yang mampu membukanya kecuali dengan puasa.
Imam Al-Ghazali menerangkan bahwa puasa adalah seperempat iman, berdasar hadis Nabi: Ash shaumu nisfush shabri, dan hadis Nabi saw: Ash Shabru Nisful Iman. Puasa itu seperdua sabar, dan sabar itu seperdua iman. Dan puasa itu juga ibadah yang mempuyai posisi istimewa di mata Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsi: "Tiap-tiap kebajikan dibalas dengan sepuluh kalilipat, hingga 700 kali lipat, kecuali puasa, ia untuk-Ku, Aku sendiri yang akan membalasnya".
Imam Ghozali juga menjelaskan bahwa puasa mempunyai tiga tingkatan. Pertama puasa kalangan umum, yaitu menjaga perut dan alat kelamin dari memenuhi shawatnya sesuai aturan yang ditentukan. Kedua adalah puasa kalangan khusus, yaitu selain puasa umum tadi dengan disertai menjaga pendengaran, penglihatan, mulut, tangan dan kaki serta seluruh anggota tubuh lainnya dari perbuatan maksiat. Ketiga, yang paling tinggi, adalah puasa kalangan khususnya khusus, yaitu puasa dengan menjaga hati dan pemikiran dari noda-noda hati yang hina dan dari hembusan pemikiran duniawi yang sesat serta memfokuskan keduanya hanya kepada Allah. Inilah puncak kontemplasi hamba dengan Allah SWT.
Marilah kita bersiap-siap memasuki bulan Ramadhan ini dengan kesiapan diri yang prima, dengan perasaan yang tulus ikhlas untuk menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Marilah kita mantapkan hati dan jiwa kita dalam memperoleh kemuliaan puasa Ramadhan, sehingga mengantarkan kita pada satu format kehidupan yang lebih baik. Bulan Ramadhan kita jadikan momentum pembersihan diri dari dosa dan angkara murka dan penyadaran hati nurani kemanusiaan kita. Puasa jangan hanya kita laksanakan dengan menahan diri untuk tidak makan dan minum, namun yang paling substansial adalah menjadikannya upaya pengekangan diri dari segala bentuk hawa nafsu yang merugikan manusia dan kemanusiaan itu sendiri.
Puasa Ramadhan merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas dimensi keagamaannya. Pertama, dimensi teologis dan spiritualitas yang tercermin dalam komunikasi antara manusia dan Tuhannya, sehingga memungkinkan dalam diri semakin berkembang sifat-sifat ketuhanan yang sebenarnya sudah kita miliki, yakni sifat-sifat positif untuk berbuat kebajikan dan tertanam kepekaan hati nurani dlam bertingkah laku.
Kedua, dimensi sosial. Yaitu tumbuhnya kesadaran sosial dalam batin kita untuk peduli bukan saja pada hal yang hanya berkaitan dengan aspek transendental dan ritual keagamaan, tetapi juga peduli dengan aspek-aspek sosial kemanusiaan. Kepedulian sosial bisa direfleksikan dengan keprihatinan terhadap kondisi sosial yang terdapat dalam realitas empiris. Kualitas kesadaran batin dapat diukur dengan tingkat kepedulian terhadap realitas sosial tersebut, seperti ketaatan kepada pemimpin, hormat dan berbakti kepada orang tua, menyantuni anak yatim dan orang-orang miskin, membela orang yang tertindas hak dan martabatnya, keberanian melakukan kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ketiga, dimenisi mental. Dengan berpuasa akan terwujud dalam diri kita mental tegar dan tahan banting, sehingga mampu untuk mengahadapi berbagai tantangan, cobaan, godaan, dan ujian dalam kehidupan ini. Kita senantiasa mampun untuk optimistis dalam berikhtiar dan berusaha untuk meraih kehidupan yang lebih baik dengan tetap mengacu pada nilai-nilai etika dan moral agama. Puasa juga akan melatih mentalitas kita untuk sportif dan jujur dalam menerima amanat dan mengemban tugas, menjauhi sikap pengecut dan khianat dan tidak mudah mengumbar emosi amarah dan permusuhan.
Keempat, dimensi etika. Dengan menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan benar dan berkualitas, maka akan tercermin dalam diri kita nilai-nilai etika dan moral agama yang sangat positif untuk diaktualisasikan dalam pola kehidupan kita sehari-hari, seperti: (1) kemampuan menghadirkan alternatif-alternatif terbaik, dalam pola berpikir, bersikap, dan bertingkah laku; (2) kemampuan dalam mengendalikan diri terhadap keinginan-keinginan negatif, subjektivitas, maupun emosional destruktif. Dan kemampuan mengarahkan diri sendiri kepada kebenaran, sifat obyektif dan konstruktif; (3) kemampuan untuk menahan diri dari jebakan materialistik dan hedonistik; (4) kemampuan moralitas dalam melakukan tugas dan kewajiban melalui pertimbangan rasionalitas dan hati nurani.
Puasa Ramadhan dan serangkaian ibadah lain yang menyertainya selama sebulan penuh, merupakan "kawah condrodimuko" bagi seorang Muslim. Bulan Ramadhan adalah bulan untuk mendidik, melatih, menggembleng kepribadian seorang muslim untuk menjadi lebih baik dan pada gilirannya untuk menjadi seorang muslim yang sejati. Rasulullah bersabda: 'Rugilah seorang hamba yang menemukan bulan Ramadhan dan ia tidak mendapatkan ampunan-Nya". Wallahu a'lam
www.pesantrenvirtual.com
Alkid: Tempat latihan prajurit itu kini jadi lahan bisnis

Jika Alun-alun Utara sering dipergunakanan untuk penyelenggaraan pentas dengan panggung besar, Alun-alun Kidul (Alkid) fungsinya lebih fleksibel untuk santai dan tujuan wisata. Keberadaan Alkid kini menjadi salah satu tempat perputaran modal untuk bisnis hiburan dan kuliner khas di kawasan itu.
Ya, Alkid menjadi bagian dari denyut perekonomian Jogja, pasalnya di kawasan ini perputaran modal untuk berbagai bisnis terlihat lancar dengan kisaran jumlah yang diprediksi cukup besar. Dari pantauan Harian Jogja, Sabtu malam (30/7) tak kurang dari 700-an orang bergantian hilir mudik menikmati berbagai tawaran hiburan dan kuliner Alkid.
Berjajar becak modifikasi saling beriringan mengelilingi alun-alun itu. Setidaknya tak kurang dari 20 becak modifikasi selalu berganti penumpang rata-rata setengah jam sekali. Eko, 37, salah satu pengelola becak modifikasi mengaku mulai mangkal sejak pukul 17.00 WIB hingga paling tidak pukul 23.30 WIB. “Penyewa tidak pasti, bisa dirata-rata setidaknya ada empat-lima penyewa,” ujarnya.
Jika satu kali sewa untuk dua hingga tiga putaran dipatok harga Rp25.000-Rp35.000, maka dalam semalam minimal ia akan mendapatkan sekitar Rp150.000 selama enam jam. Jika diakumulasi dengan penyewa lainnya, pemasukan kotor untuk bisnis becak modifikasi mencapai Rp3 juta tiap malam.
Lain lagi dengan penyewaan tutup mata untuk kegiatan masuk di antara dua beringin (Masangin). Masangin merupakan salah satu tawaran hiburan menarik di kawasan Alkid. Hiburan ini populer dipercaya masyarakat Jogja dan sekitarnya sebagai ritual permintaan permohonan dengan berjalan menuju ruang antara dua beringin dengan mata tertutup.
Tradisi lama yang telah mengakar di kalangan masyarakat itu menjadi peluang bisnis sejumlah anggota komunitas pedagang di Alkid. Sekurangnya lima orang menawarkan penyewaan tutup mata dengan harga Rp3.000-Rp4.000 untuk sekali permainan. Dari hilir mudik pendatang yang mayoritas kaum muda-mudi, dikatakan Wahyu, 32, salah satu penyedia jawa sewa, dirinya mendapatkan lima hingga sepuluh konsumen setiap malam. Pemasukan dari bisnis Masangin setidaknya mencapai antara Rp100.000-Rp200.000 per malam.
Belum lagi untuk pendapatan bisnis kuliner seperti angkringan, cimol, tempura, bakwan kawi, ronde, lesehan, jagung bakar dan lainnya yang selalu saja dikunjungi konsumen secara bergantian.
Sukardi, 54, warga Wonosari penjual makanan angkringan mengaku setiap harinya rata-rata mendapatkan pemasukan kotor minimal Rp200.000, sementara Yatno, 38, mendapat pemasukan dagang wedang ronde minimal Rp150.000 setiap malam. Jika rata-rata pedagang makanan dan minuman mendapatkan penghasilan yang setara, maka sekurangnya pendapatan bisnis kuliner untuk sekurangnya 30 pedagang mencapai Rp30 juta hingga Rp40 juta tiap malam.
Geliat ekonomi tidak hanya nampak pada gemerlap lampu becak modifikasi di malam hari, semangat bisnis dagang kawasan ini pun telah nampak di pagi hari ketika Alkid dipenuhi oleh orang-orang dewasa atau keluarga yang berolahraga dan menikmati sarapan bubur ayam, nasi uduk atau lontong opor. Pun juga ketika waktu beranjak siang beberapa warung makan mulai buka hingga sore menunggu shift dengan pedagang untuk malam hingga dini hari. Beberapa hiburan anak-anak juga nampak seperti kereta kelinci, andong kecil, dan sepeda tandem.
Pergeseran fungsi
Dalam perkembangannya, Alkid tidak hanya menjadi halaman belakang Keraton yang secara tradisi lebih baik steril dari kegiatan publik. Beberapa waktu sebelumnya, kepada Harian Jogja, Kerabat Keraton Ngayogyakarta Romo Tirun Marwito pernah mengatakan seyogyanya Alkid menjadi ruang yang tenang, bukan untuk kegiatan keramaian. Namun, di sisi lain dirinya mengatakan bahwa kini fungsinya telah bergeser menjadi ruang publik. “Hanya saja jika akhirnya dijadikan ruang publik maka memang butuh penataan dan organisasi,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya di sisi barat Keraton beberapa waktu lalu.
Secara kasat mata memang terlihat jelas, Alkid menjadi salah satu tujuan wisata yang bisa dikatakan murah meriah. Tempat ini menawarkan juga lokasi tak berbayar ketika warga hanya ingin menghabiskan malam tanpa membeli makanan atau menyewa jasa apapun yang ditawarkan. Alkid kini tak ubahnya seperti panggung hiburan yang melibatkan aktivitas semua usia dari anak-anak hingga dewasa.
Dari yang semula sebagai lapangan tempat latihan prajurit Keraton kini alkid telah menjelma menjadi ruang publik yang modern. Perputaran modal berbagai bisnisnya cukup menggiurkan. Terkait itu, rencana penataan Alkid menjadi salah satu wacana yang setidaknya membuat gelisah beberapa pedagang. Pada intinya para pelaku bisnis di Alkid berupaya untuk kooperatif dengan bersedia mengikuti peraturan penataan. “Asalkan penataannya tetap mendukung peningkatan pendapatan, kami tidak masalah,” ujar Sukardi.(Wartawan Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti)
Jumat, 29 Juli 2011
Museum Sonobudoyo

Museum yang terletak di bagian utara Alun-alun Utara dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 8:00-10:00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
Museum Sonobudoyo dapat dijangkau dengan mudah dari Kraton Yogyakarta, berada di seberang Alun Alun Utara Yogyakarta. Untuk melihat beragam koleksi keris, prosedurnya cukup sulit karena mesti meminta ijin pada pimpinan museum. Hal itu disebabkan karena banyak koleksi keris masih disimpan di ruang koleksi, belum ditampilkan untuk umum.
Benda pertama yang dijumpai di museum ini yang berkaitan dengan keris adalah wesi budha, merupakan bahan baku pembuatan keris yang digunakan sekitar tahun 700-an Masehi, atau di jaman kejayaan Kerajaan Mataram Hindu. Beberapa keris yang dipasang merupakan keris lurus, keris luk (secara sederhana merupakan tonjolan yang ada di sisi kanan dan kiri keris) 7, keris luk 11 dan keris luk 13. Umumnya, keris yang disimpan pada ruangan pameran yang bisa dilihat umum ini merupakan keris dari Jawa.
Koleksi keris yang lebih lengkap bisa dijumpai di ruang koleksi, berada di belakang ruang perpustakaan museum. Ruang koleksi tersebut menyimpan beragam keris dari berbagai penjuru nusantara, koleksi aksesoris seperti pendok dari Yogyakarta dan Solo dan tangkai keris. Koleksi lebih banyak berasal dari luar Yogyakarta, sebab konon ada larangan untuk mengoleksi keris Yogyakarta melebihi koleksi Kraton.
Keris-keris Jawa yang disimpan berupa keris luk 7, 11, 13 dan keris lurus dengan pamor yang beranekja ragam, seperti beras wutah (pamor yang tak disengaja muncul karena penempaan, berupa pusar yang menyambung), sekar pakis (berbentuk bunga pakis) dan sebagainya. Keris-keris dari luar Jawa yang disimpan antara lain rencong khas Aceh, mandau dari Kalimantan, keris-keris Madura dan Bali, serta keris dari Sulawesi.
Di ruangan koleksi tersebut, anda juga bisa melihat beragam tangkai keris tua yang didesain menarik. Terdapat tangkai keris yang berbentuk kepala manusia, manusia utuh, ular naga, singa dan sebagainya. Terdapat pula sejumlah pendok yang jumlahnya ratusan, terbagi dalam dua gaya yaitu Yogyakarta dan Solo. Tak seperti tangkai keris yang memiliki beragam desain, pendok keris memiliki bentuk yang relatif seragam. Jumlah koleksi yang mencapai ribuan tentu akan menebus sulitnya menjangkau ruangan koleksi ini.
http://visitingjogja.com
Tradisi Nyadran Agung ing Kulonprogo lan Bantul
Bupati Kulonprogo, Toyo Santosa Dipo nalika menehi wejangan pambuka ing adicara Nyadran Agung ngendika menawa manunggaling banyu saka tuk cacah rolas kang ana ing rolas kecamatan ing Kulonprogo, yaiku saka tuk ing Sendhang Kawidodaren, Suroloyo, Samigaluh, tekan ing tuk saka Sumur Masjid Saka Tunggal ing Kecamatan Galur iku mujudake pratandha utawa simbol guyub rukune kabeh warga masyarakat ing Kulonprogo.
“Banyu saka tuk cacah rolas iku mujudake simbol kemakmurane warga saka ing saben kecamatan ing Kulonprogo. Ing papan iki, ya ing adicara Nyadran Agung iki, kabeh manunggal dadi siji,” ngono ngendikane Toyo.
Banyu saka tuk cacah rolas kang sakbanjure dicampur dadi siji ono ing genthong, imbuhe Toyo, uga bisa dadi pralambang menawa warga ing Kulonprogo bisa tansah urip sesandhingan kanthi ayem lan tentrem. ”Kabeh nduweni pengarep-arep, banyu kang wus dadi siji bisa dadi wujud utawa pralambang warga ing Kulonprogo tansah bisa urip ayem tentrem,” ngono ngendhikane Toyo maneh.
Gubernur Ngayogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono Kaping X ngendhika, tradhisi nyadran kayadene Nyadran Agung kang diadani ing Kulonprogo mujudake salah sawijining bab kang banget wigati tumpraping kabeh warga, bakune kanggo pepeling ngenani asal uripe manungsa ing donya.
Sakliyane iku, nyadran uga ngemu pepeling menawa manungsa urip ing alam donya iku ora bakal langgeng, mula saka iku, manungsa kudu tansah tumindak kang becik kayadene tansah urip rukun ing saktengahing bebrayan agung utawa ing saktengahing warga masyarakat.
“Kabeh pepeling iku bisa dirasakake nalika awake dhewe kabeh ngadani nyadran, ndedonga ing pasareyane para leluwur,” ngono ngendhikane Sultan kang katulis ing serat kang diwaos dening Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Joko Dwiono.
Miturut salah sawijining tokoh agama Islam saka Karangwuluh, Kecamatan Temon, Abdullah Syarifuddin, ing tradhisi nyadran mono sejatine ana telung prekara kang bisa ditindhakake, yaiku, sepisan, nyekar ing pasareyane para leluwur kayadene kang wus asring diadani dening kabeh warga, kanti maos tahlil lan maos Surat Yassin . Kang kaping loro yaiku ngadani slametan utawa kang asring sinebut apeman, lan kang kaping telu yaiku andhum dhaharan kanggo warga masyarakat utawa menehi bebantu marang warga liyane awujud duwit. ”Iki wujud nyadran kang penting lan banget mbantu warga kang kesrakat utawa fakir miskin,” ngono ngendhikane Syarifuddin.
Sakliyane disengkuyung warga saka rolas kecamatan ing Kulonprogo, tradhisi Nyadran Agung kang diadani ing Pendapa Rumah Dinas Bupati Kulonprogo uga disengkuyung dening para pangembating Kabupaten Kulonprogo. Sakliyane nggawa banyu suci, warga uga nggawa sabarang dhaharan kayadene tumpeng lan dhaharan liya kang digawa nganggo tenongan.
Nyadran ing Makam Sewu
Ing tlatah Kabupaten Bantul, atusan warga saka Kecamatan Pandak lan Pajangan uga ngadani tradhisi nyadran ing Makam Sewu, Wijirejo, Pandak, Senen Wage (25/7).
Miturut Kabag Kesra Desa Wijirejo kang uga dadi ketua panitia nyadran, Hariyadi, ngendhika menawa nyadran taun iki dieloni dening warga saka sepuluh pedhusunan saka rong kecamatan yaiku Pandak lan Pajangan.
Tradhisi nyadran mono, miturut Hariyadi, mujudake adhicara kanggo ndongakake para leluwur kang wus seda kang disarekake ing Makam Sewu. Kanggone warga Pandak lan Pajangan, tradhisi iku uga dadi adhicara kanggo ndongakake, mengeti lan nguri-uri leluwure warga Panembahan Bodho utawa Raden Trenggono.(Juruwarta Harian Jogja/Arief Junianto & Siwaratri Erawati)
Rabu, 27 Juli 2011
Kipo Khasnya Kotagede

Makanan ini cuma di temuin di Jogja tepanya di Kotagede. Pusat penjualan makanan ini emang ada di Kotagede, yang paling terkenal di tempatnya bu Djito, tepatnya di jalan Mondorakan no. 27 Kotagede. Konon kabarnya kios Bu Djito inilah yang memulai penjualan Kipo di Kotagede, dan sekarang udah turun-temurun sampe generasi ke berapa gitu.
Satu potong kipo besarnya tidak lebih besar dari jempol tangan orang dewasa rata-rata berbentuk bulatan kecil. Terbuat dari adonan tepung ketan sebagai kulit luarnya.Untuk isian yang dinamakan enten-enten yang terbuat dari parutan kelapa muda yang dicampur dengan gula jawa. Perpaduan enten-enten dengan kulit kipo yang terbuat dari ketan yang diadoni dengan santan dan sedikit garam ini setelah dipanggang akan menghasilkan rasa yang manis-manis gurih.
Warna hijau bukan pewarna kimia, tetapi berasal dari pewarna alami dari perasan daun suji untuk mewarnai kiponya. Jadi, jangan heran kalau kipo yang Anda temukan semuanya berwana hijau dan enten-enten sebagai isiannya berwarna coklat karena merupaka campuran parutan kelapa muda dan irisan gula jawa. Warna hijau kulit kipo diakibatkan oleh efek pewarna alami yang berasal dari perasan daun suji. Jadi, jika Anda suatu ketika menemukan kipo berwarna selain hijau Anda boleh bercuriga.
Untuk ngedapetin makanan yang satu ini, gak perlu ngeluarin uang banyak kok, seribu rupiah aja udah dapet tiga.
http://jogjakini.com/kipo-kotagede/
Kulonprogo kini punya Monumen Bahari
Berada tepat di ujung timur Pantai Glagah, monumen yang bernama Monumen Bahari tersebut hari ini, (27/7), diresmikan oleh Bupati Kulonprogo, Toyo S. Dipo.
Saat ditemui usai peresmian, Toyo mengatakan, monumen tersebut sebagai simbol kebanggan Kulonprogo dalam membangun pelabuhan Tanjung Adikarta yang ditargetkan selesai 2015 mendatang. ”Ini adalah simbol [pelabuhan] Tanjung Adikarta. Simbol Kulonprogo sebagai Kabupaten Bahari. Sebagai langkah awal, monumennya dulu ya,” ujarnya.
Pembangunan pelabuhan tersebut kini masih dalam tahap negosiasi alot dengan warga, terkait harga pembebasan tanah warga Karangwuni untuk keperluan akses jalan menuju pelabuhan.
Diakui Toyo, pemerintah kini masih fokus pada pembebasan lahan tersebut, mengingat jalan selebar 24 meter tersebut nantinya merupakan akses satu-satunya bagi kendaraan besar yang hendak menuju ke pelabuhan.(Harian Jogja/Arief Junianto)
Pantai Depok Jogja

Untuk masuk obyek wisata pantai Depok, anda harus melewati jalur dari kota Yogakarta menuju Pantai ParangTritis. Ketika anda akan masuk pintu gerbang ParangTritis, 20 meter sebelumnya ada arah jalan ke kanan, maka kita mengikuti jalan itu terus. Cukup banyak belokan yang dilewati dan terdapat banyak pedagang di kanan kiri jalan, mereka banyak jual Bawang Merah.
Di antara pantai-pantai lain di wilayah Bantul, Pantai Depok-lah yang tampak paling dirancang menjadi pusat wisata kuliner menikmati sea food. Di pantai ini, tersedia sejumlah warung makan tradisional yang menjajakan sea food, berderet tak jauh dari bibir pantai. Beberapa warung makan bahkan sengaja dirancang menghadap ke selatan, jadi sambil menikmati hidangan laut, anda bisa melihat pemandangan laut lepas dengan ombaknya yang besar.
Nuansa khas warung makan pesisir dan aktivitas nelayan Pantai Depok telah berkembang sejak 10 tahun lalu. Menurut cerita, sekitar tahun 1997, beberapa nelayan yang berasal dari Cilacap menemukan tempat pendaratan yang memadai di Pantai Depok. Para nelayan itu membawa hasil tangkapan yang cukup banyak sehingga menggugah warga Pantai Depok yang umumnya berprofesi sebagai petani lahan pasir untuk ikut menangkap ikan.
Karena jumlah tangkapan yang cukup besar, maka warga setempat pun membuka Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang kemudian dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bernama Mina Bahari 45. Tempat pelelangan ikan di pantai ini bahkan menerima setoran ikan yang ditangkap oleh nelayan di pantai-pantai lain.
Seiring makin banyaknya pengunjung pantai yang berjarak 1,5 kilometer dari Parangtritis ini, maka dibukalah warung makan-warung makan sea food. Umumnya, warung makan yang berdiri di pantai ini menawarkan nuansa tradisional. Bangunan warung makan tampak sederhana dengan atap limasan, sementara tempat duduk dirancang lesehan menggunakan tikar dan meja-meja kecil. Meski sederhana, warung makan tampak bersih dan nyaman.
Hidangan sea food biasanya dimasak dengan dibakar atau digoreng. Jika ingin memesannya, anda bisa menuju tempat pelelangan ikan untuk memesan ikan atau tangkapan laut yang lain. Setelah itu, anda biasanya akan diantar menuju salah satu warung makan yang ada di pantai itu oleh salah seorang warga.
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/depok/
http://kusprayitna.staff.uii.ac.id/2009/11/20/jalan-jalan-ke-pantai-depok-bantul-yogyakarta/
Jumat, 08 Juli 2011
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Tata Ruang, Arsitektur dan Maknanya

Kraton Yogyakarta
Luas Keraton mencapai kurang lebih 14.000 m2, dan terdiri dari 7 bagian. Mengapa 7? Ada satu asumsi peninggalan agama Hindu, bahwa angka 7 merupakan angka yang sempurna. Hal ini juga sesuai dengan prinsip kosmologi Jawa, bahwa dunia terdiri dari 3 lapisan, yaitu dunia atas, tempat bersemayamnya para dewa dan supreme being; dunia tengah, tempat manusia; dan dunia bawah, tempat dimana kekuatan-kekuatan jahat bersemayam. Dunia atas dan bawah masing-masing terdiri dari 3 bagian, sehingga lapisan dunia ini pun menjadi 7 lapisan.
Ketujuh bagian (seven steps to heaven) Keraton adalah:
Lingkungan I : Alun-alun Utara sampai Siti Hinggil Utara
Lingkungan II : Keben atau Kemandungan Utara
Lingkungan III : Srimanganti
Lingkungan IV : Pusat Keraton
Lingkungan V : Kemagangan
Lingkungan VI : Kemagangan Kidul (Kemagangan Selatan)
Lingkungan VII : Alun-alun Selatan sampai Siti Hinggil Selatan
Sembilan Gerbang = Sembilan Lubang di Tubuh Manusia
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki 9 buah gerbang/ pintu masuk, yang masing-masing menghubungkan 9 pelataran yang ada di wilayah Keraton. Sembilan gerbang itu sendiri melambangkan 9 buah lubang di tubuh manusia. Jika seseorang mampu menutup seluruh lubang yang ada di tubuhnya, maka ia dianggap telah mencapai tingkat meditasi tertinggi.
Kesembilan gerbang itu adalah:
1. Gerbang Pangarukan
2. Gerbang Tarub Hagung
3. Gerbang Brajanala
4. Gerbang Srimanganti
5. Gerbang Danapratapa
6. Gerbang Kemagangan
7. Gerbang Gadung Mlati
8. Gerbang Kemandungan
9. Gerbang Plengkung Gading
Pola Konsentris Tata Ruang dan Makna Arsitektur Keraton
Kalau kita potret seluruh kompleks Keraton Yogyakarta, maka akan jelas terlihat bahwa semua bagian di dalamnya membentuk suatu pola/tatanan yang konsentris. Dalam tatanan ini kedudukan titik pusat sangat dominan, sebagai penjaga kestabilan keseluruhan tatanan.
Pada keraton-keraton Dinasti Mataram, keberadaan pusat ini diwujudkan dalam bentuk Bangsal Purbayeksa/ Prabuyasa, yang berfungsi sebagai persemayaman pusat kerajaan dan tempat tinggal resmi raja. Bangsal ini dikelilingi oleh pelataran Kedaton, kemudian berturut-turut adalah pelataran Kemagangan, Kemandungan, Siti Hinggil, dan Alun-Alun pada lingkup terluar.
Lapisan Terluar
Pada lapisan ini terdapat Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Di Alun-alun Utara terdapat Masjid Agung, Pekapalan, Pagelaran, dan Pasar, yang seluruhnya membentuk Catur Gatara Tunggal. Sedangkan di Alun-alun Selatan, terdapat sebuah Kandang Gajah.
Satu ciri utama dari Alun-alun adalah, adanya dua buah pohon beringin bernama “Wok”, yang berarti gadis. Di tengah Alun-alun juga ada dua pohon beringin, yang ditutupi oleh dinding. Kedua pohon ini dinamakan “Supit-urang” (Supit artinya khitanan). Supit-urang itu melambangkan bagian yang paling rahasia dari tubuh manusia. Itulah kenapa kedua pohon itu ditutupi oleh dinding.
Alun-alun dibatasi oleh pohon Pakel dan Kuweni (keduanya adalah jenis mangga). Dalam bahasa Jawa, Pakel sama artinya dengan akil-balik, yang melambangkan kedewasaan. Dan Kuweni diambil dari kata ‘wani’ yang berarti berani.
Lapisan Kedua
Pada lapisan ini terdapat Siti Hinggil Utara dan Siti Hinggil Selatan. Dalam bahasa krama hinggil, kata “siti” berarti tanah, dan “hinggil” berarti tinggi. Jadi secara harafiah Siti Hinggil artinya adalah tanah tinggi. Tapi maksud sebenarnya adalah lokas dan posisi bangsal dengan lingkungannya lebih tinggi dari bangsal-bangsal yang ada di sekitarnya.
Di Siti Hinggil Utara terdapat antara lain, Bangsal Witana dan Bangsal Manguntur, yang digunakan sultan untuk upacara kenegaraan. Sedangkan di Siti Hinggil Selatan, kita akan menemukan sebuah “bangsal” (ruangan terbuka), yang dipergunakan untuk kepentingan sultan yang sifatnya lebih privat, seperti menyaksikan latihan keprajuritan, sampai adu macan dengan manusia (rampogan) atau banteng. Di tengah-tengah bangsal tersebut terdapat “gilang” (semacam pendopo), yang digunakan sebagai singgasana sultan. Siti Hinggil dikelilingi oleh pohon gayam, melambangkan anak muda yang sedang jatuh cinta, merasa aman, dan bahagia. Sementara bagian halamannya ditanami pohon mangga dan soka, yang memiliki bunga sangat indah, dan melambangkan asal-usul manusia.
Siti Hinggil dikelilingi oleh jalan yang disebut “Pamengkang” (melambangkan kedua kaki manusia). Pamengkang berasal dari kata “mekangkang”, yang berarti posisi kaki kita ketika direntangkan melebar.
Lapisan Ketiga
Pada lapisan ini terdapat Pelataran Kemandungan Utara dan Pelataran Kemandungan Selatan, yang merupakan ruang transisi menuju pusat. Kemandungan itu sendiri berasal dari kata “ngandung” yang berarti kehamilan.
Pada Pelataran Kemandungan Utara kita akan menemukan salah satunya adalah Bangsal Pancaniti, dan di Pelataran Kemandungan Selatan terdapat Bangsal Kemandungan. Secara harafiah, Bangsal Pancaniti berarti memeriksa lima. Di sinilah Sultan melakukan pengadilan. Bangsal ini juga digunakan oleh sebagian Abdi Dalem menunggu untuk menghadap Sultan.
Pada dinding sebelah kanan dan kiri Kemandungan ada dua buah pintu yang membawa kita menuju lorong keluar. Keduanya melambangkan pengaruh negatif yang dapat membahayakan seorang anak.
Bagian halaman Kemandungan ditanami oleh pohon Kepel, Cengkirgading, Pelem, dan Jambu Dersana. Pemilihan jenis pohon ini juga bukan tanpa makna. Kepel berasal dari kata berbahasa Jawa, “kempel” yang berarti bersatu. Cengkirgading adalah jenis kelapa yang paling indah, kecil, dan berwarna kuning. Ia digunakan untuk upacara “nujuh bulan” (sebuah upacara ketika seorang anak menginjak usia 7 bulan). Pelem berasal dari kata “gelem”, berarti saling pengertian. Sedangkan jambu Dersana berasal dari kata “darsana” yang berarti hal terbaik dari seorang manusia.
Lapisan Keempat
Di sebelah utara, kita akan menemukan Pelataran Srimanganti, tempat Sultan sering menerima tamu yang tidak terlalu formal dan semi formal. Di wilayah ini terdapat antara lain Bangsal Trajumas di sisi utara, dan Bangsal Srimanganti di sisi selatan, yang berfungsi sebagai ruang tunggu untuk menghadap raja. Untuk masuk ke Pelataran Srimanganti, kita harus terlebih dulu melewati Gerbang Srimanganti.
Di sebelah selatan lapisan ini terdapat Pelataran Kemagangan. Kemagangan berasal dari kata berbahasa Jawa, “magang”, yang berarti kedatangan. Kalau kita berjalan dari arah selatan (Alun-alun Selatan), maka untuk masuk ke dalam Pelataran Kemagangan ini kita harus melewati Gerbang Gadung Mlati. Arti kata Gadung Mlati itu sendiri adalah bayi akan dilahirkan. Makanan untuk bayi itu pun sudah disiapkan. Hal ini disimbolkan dengan keberadaan dapur Gebulen dan Sekullanggen, di sisi kiri dan kanan pelataran.
Pusat Konsentrik
Pusat konsentrik dari tata ruang keraton adalah Pelataran Kedaton yang merupakan tempat paling dalam dan keramat. Pelataran Kedaton merepresentasikan gunung keramat, tempat bersemayamnya para dewa. Di pusatnya terdapat rumah segala pusaka milik Keraton, Prabayeksa, dan Bangsal Kencana, tempat dimana Sultan bertahta dan memerintah sepanjang tahun. Di tempat ini Sultan menerima tamu paling penting setara Residen dan Gubernur.
Di komplek ini jugalah Sultan dan keluarganya tinggal. Tempat tinggal Sultan kita kenal dengan nama Gedong Jene, terletak di sebelah utara Kedaton.
Kedaton itu sendiri merupakan simbol kedewasaan pikiran dan jiwa seorang manusia. Bila kita selalu bersikap baik dan melayani, berpikiran dan berhati baik, kita akan memperoleh segala sesuatu sesuai dengan apa yang kita harapkan sesuai dengan cita-cita dan ambisi kita. Itulah makna Kedaton.
http://jogjakini.wordpress.com/category/kraton-yogyakarta/
Senin, 04 Juli 2011
Calon mantu Sultan kini bergelar KPH Yudanegara

Acara dimulai pukul 10.05–10.20 WIB dipimpin langsung oleh Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Gusti Bendoro Pangerang Haryo (GBPH) Joyokusumo yang didampingi GBPH Prabukusumo dan GBPH Yudaningrat. Hadir pula mantu Sultan KPH Wironegoro, GBPH Cakraningrat, dan GBPH Condrodiningrat.
Proses pemberian nama dan kedudukan baru dilakukan oleh GBPH Joyokusumo dengan membacakan Undhang tentang Kersa Dalem Hamisuda Calon Mantu Dalem Menjadi Kanjeng Pangeran Harya di depan Ubay yang selanjutnya berganti nama menjadi Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Yudanegara.
“Atas dhawuh dalem Ngersa Dalem mewisuda calon mantu dalem Acmad Ubaidillah menjadi KPH Yudanegara, selanjutnya menjadi bawahan Kawedanan Hageng Sriwandowo dengan kedudukan setelah KPH Purbodiningrat,” kata Gusti Joyo usai prosesi.
KPH Purbodiningrat merupakan mantu Ngersa Dalem dari putri ketiga, GKR Meduretno. Sementara GKR Meduretno berkedudukan diatas GRAj Nurastuti Wijareni, calon temanten putri yang berganti nama menjadi GKR Bendara. Keduanya menjadi bawahan Kelurahan Putri GKR Pembayun.
Proses pemberian nama dan kedudukan baru bagi calon pengantin dilakukan di tempat yang berbeda. Gusti Joyo mengatakan, prosesi wisudhan hanya dilakukan untuk KPH Yudanegara, adapun peresmian nama GKR Bendara dilakukan dengan pembacaan Undhang di depan GKR Hemas dan para tamu yang hadir di Kraton Kilen.(Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti)
Foto: Wisuda calon mantu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Achmad Ubaidillah (Ubay), Minggu (3/7).(Harian Jogja/Desi Suryanto)
Rabu, 22 Juni 2011
Rumah Budaya Tembi, Surga Budaya dan Alam Bantul, Yogyakarta

Tembi Rumah Budaya merupakan gagasan seorang Budayawan Jogja yang menginginkan sebuah tempat sebagai pusat berkreasi produk dengan kualitas tinggi berdasar kebudayaan lokal sehingga kedepannya masyarakat Indonesia mampu menjadi bagian masyarakat dunia yang kreatif dengan mengangkat kebudayaan lokal sebagai ciri khas karyanya.
Rumah Budaya Tembi menyediakan berbagai macam fasilitas, fasilitas yang paling diunggulkan adalah Balai Inap (lodging house). Terdapat 9 buah balai inap yang merupakan rumah asli penduduk, dimana rumah tersebut bernuansakan etnik dan terbuat dari kayu jati yang dipindahkan ke lokasi Rumah Budaya Tembi.
Selain itu terdapat pula Bale Dokumentasi, Bale Rupa, Bale Karya (Open Hall Theatre), Warung Dhahar, Kolam Renang, Pendopo, Angkringan, dll. Kolam Renang di Rumah Budaya Tembi diperuntukan bagi masyarakat umum, dengan harga tiket Rp 15.300,00 (include soft drink dan handuk) anda dapat menikmati indahnya pemandangan langsung desa tembi dengan hamparan sawah yang luas dan udara yang segar.
Semua fasilitas di Rumah Budaya Tembi dikemas secara sempurna dengan nuansa budaya, alam yang nyaman, asri, dan mempesona.Selamat menikmati indahnya Bantul
http://ceritajogja.com/wisata_detail.php?page=5&act=view&id=85
Kerangka manusia ditemukan di barak pengungsian
15.37
No comments

Kerangka yang ditemukan tidak utuh, hanya tulang belulang dari dada sampai kaki. Bagian tengkorak sampai sekarang belum berhasil ditemukan. Diperkirakan kerangka itu adalah jenazah relawan yang saat terjadi erupsi 5 November 2010 tengah bertugas menunggu logistik.
Informasi yang dihimpun Harian Jogja menyebutkan, penemuan kerangka itu bermula dari laporan warga Singlar bernama Rumi pada Senin (20/6) sore. Ketika melintas di sekitar truk toilet yang miring itu ia melihat tulang yang muncul dari bawah truk. Karena yakin itu bukan tulang hewan, penemuan itu dilaporkan kepada Komunitas Siaga Merapi (KSM) untuk ditindaklanjuti.
Keesokan harinya Selasa (21/6) dilakukan pencarian kerangka. Terkumpul kerangka mulai dari kaki hingga dada.
Salah satu relawan yang juga warga Glagahmalang, Sutimin, 53, mengatakan kerangka badan utuh ditemukan dalam satu tempat. Posisi korban tengkurap membujur ke utara.
Karena persis di bawah toilet, kemungkinan jenazah tertimpa truk tersebut. “Tapi tengkoraknya dicari-cari belum berhasil ditemukan,” kata Sutimin, Rabu (23/6). Tulang tersebut kini sudah dikirim ke RS Sardjito.(Harian Jogja/Galih Kurniawan)
Foto: Sutimin, 53, tengah menunjukkan lokasi penemuan tulang, Rabu (22/6). (Harian Jogja/Akhirul Anwar)
Rabu, 08 Juni 2011
Malioboro, Sebuah Ikon Kota Jogja
Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga" menjadi dasar penamaan jalan tersebut.
Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.
Jalan Malioboro merupakan nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Tugu Yogyakarta
Tugu Yogyakarta adalah salah satu bangunan peninggalan Sultan Hamengku Buwana I. Pembangunan Tugu tersebut dilakukan untuk memperingati rasa kebersamaan raja (pada waktu itu Pangeran Mangkubumui) dengan rakyat yang bersatu padu melawan Belanda sehingga Pangeran Mangkubumi mendapatkan tanah Mataram. Tugu tersebut dibangun setahun setelah Perjanjian Gianti. Ketinggian Tugu pada waktu dibangun pertama kali adalah 25 meter.
Posisi Tugu Yogyakarta sekarang berada di tengah perempatan jalan besar yakni yang membujur ke utara adalah Jalan AM. Sangaji ke timur Jl. Jenderal Sudirman, ke selatan Jl. Pangeran Mangkubumi-Malioboro, ke barat Jl. Pangeran Dipanegara. Puncak tugu tersebut pada awalnya sebagai titik pandangan Sultan sewaktu menghadiri upacara Grebeg di Bangsal Manguntur, di Sitihinggil Lor.
Dalam bahasa Belanda Tugu Yogyakarta ini lebih terkenal dengan sebutan white paal (tugu putih). Sedangkan masyarakat Yogyakarta generasi tua sering menyebutnya Tugu Pal Putih. Di samping itu, masyarakat Yogyakarta juga sering menyebutnya Tugu Golong Gilig. Hal itu tidak terlepas dari ciri-ciri fisik bangunan itu. Warna putih yang melingkupi seluruh tubuh tugu itu menjadikannya lebih terkenal dengan sebutan Tugu Pal Putih.
Stasiun Tugu
Stasiun utama di kota gudeg ini terletak tepat di jantung kota dan dekat dengan berbagai objek wisata menarik. Turun dari kereta di stasiun ini, anda tak perlu membuang waktu untuk menjangkau hotel dan pusat belanja. Kawasan Malioboro yang terletak tepat di sebelah selatan stasiun menawarkan sejumlah hotel berbintang maupun melati serta pusat belanja tradisional maupun modern.
Stasiun Tugu mulai melayani kebutuhan transportasi sejak 2 Mei 1887, sekitar 15 tahun setelah Stasiun Lempuyangan. Awalnya, stasiun ini hanya digunakan untuk transit kereta pengangkut hasil bumi dari daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Namun sejak 1 Februari 1905, stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang. Jalur luar kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan yogyakarta dan Surakarta.
Karena dibangun pada masa kolonial Belanda, maka arsitektur bangunannya pun sangat kental dengan nuansa Eropa. Begitu turun dari kereta, anda akan langsung mengenalinya dari pintu-pintu besar berwarna coklat serta langit-langit yang tinggi dimantapkan dengan warna dinding yang putih. Anda juga bisa menikmati pesona bangunan stasiun yang hingga sekarang masih dipertahankan keasliannya dari depan. Bangunan tampak megah dengan pintu besar dan dua atap yang memayungi jalur kereta
Gedung Agung
Sedangkan Gedung Agung yang terletak di depannya pernah menjadi tempat kediaman Kepala Administrasi Kolonial Belanda sejak tahun 1946 hingga 1949. Selain itu sempat menjadi Istana Negara pada masa kepresidenan Soekarno ketika Ibukota Negara dipindahkan ke Yogyakarta.
Pasar Beringharjo
Selain wisatawan bisa menjumpai barang-barang sejenis yang dijual di sepanjang arcade, pasar ini menyediakan beraneka produk tradisional yang lebih lengkap. Selain produk lokal Jogja, juga tersedia produk daerah tetangga seperti batik Pekalongan atau batik Solo. Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah.
Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari biasanya bagi para wisatawan.
Benteng Vredeburg
Di penghujung jalan "karangan bunga" ini, wisatawan dapat mampir sebentar di Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Benteng ini dulunya merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan Kraton. Seperti lazimnya setiap benteng, tempat yang dibangun tahun 1765 ini berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara pemantau di empat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patroli.
Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Monumen ini terletak di kawasan Nol kilometer, berada satu kompleks dengan Benteng Vredeburg yaitu tepat di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta.. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Serangan ini dilakukan untuk membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan untuk melawan Belanda. Saat itu serangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III, yang tentu saja setelah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Sesuai dengan tanggal penyerbuan,monument yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada tahun 1973 ini diberi nama Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Kawasan Malioboro merupakan salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja yang didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan anyaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Di malam hari banyak warung-warung lesehan yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Sumber:
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/market/malioboro/
http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro
http://www.smilejogja.com/serba-serbi/wisata-jogja/malioboro/
http://www.tembi.org/keraton_yogja/tugu.htm
Rabu, 01 Juni 2011
PAGUYUBAN DUKUH MADUKORO DIDEKLARASIKAN ; Dukung Cabup Pro Penetapan Keistimewaan DIY

Acara yang diikuti ratusan dukuh se-Kulonprogo dihadiri GBPH Prabukusumo, Bupati Kulonprogo H Toyo Santoso Dipo, Ketua Paguyuban Kades DIY H Muh Mulyadi, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semar Sembogo Sukiman Hadi Wijoyo, para camat dan kades di Kulonprogo.
Prabukusumo pada kesempatan tersebut menegaskan akan membawa ke Mahkamah Konstitusi (MK), jika pengisian Gubernur dan Wakil Gubernur DIY melalui pemilihan. Jika upaya hukum juga tidak berhasil, dalam pemilu presiden mendatang masyarakat Yogyakarta hanya mendukung calon presiden yang pro penetapan Sultan dan Paku Alam (PA) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.
“Dalam Pemilukada Kulonprogo dan Kota Yogya, kami hanya mendukung pasangan cabup maupun cawali yang mendukung keistimewaan Yogyakarta pro penetapan,” tegas Prabukusumo.
Sebelumnya, Ketua Umum Madukoro Mugiyatno menjelaskan, siap berjuang demi keistimewaan DIY. “Paguyuban Dukuh Madukoro, bukan parpol dan tidak akan berpolitik. Namun untuk memperjuangkan keistimewaan DIY, kami akan mendukung pasangan calon bupati yang mendukung penuh keistimewaan DIY dengan penetapan,” jelasnya.
Gudeg “Wijilan” Khasnya Jogja

Menyebut gudeg Jogja, otomatis ingatan kita akan tertuju pada sebuah kampung yang terletak di sebelah timur Alun-alun Utara Kraton Jogja. Dari kampung inilah, masakan khas yang berbahan dasar ‘gori’ ini menjadi populer hingga seantero dunia. Tak heran wisatawan yang berkunjung ke Jogja rasanya kurang lengkap jika belum menyantap gudeg di tempat ini.
Warung gudeg yang berderet di sebelah selatan Plengkung Tarunasura (Plengkung Wijilan) ini memiliki sejarah panjang. Ibu Slamet adalah orang pertama yang merintis usaha warung gudeg di tahun 1942. Beberapa tahun kemudian warung gudeg di daerah itu bertambah dua, yakni Warung gudeg Campur Sari dan Warung Gudeg Ibu Djuwariah yang kemudian dikenal dengan sebutan Gudeg Yu Djum yang begitu terkenal sampai sekarang.
Ketiga warung gudeg tersebut mampu bertahan hingga 40 tahun. Sayangnya, tahun 1980-an Warung Campur Sari tutup. Baru 13 tahun kemudian muncul satu lagi warung gudeg dengan label Gudeg Ibu Lies. Dan sampai sekarang, warung gudeg yang berjajar di sepanjang jalan Wijilan ini tak kurang dari sepuluh buah.
Gudeg Wijilan memang bercita rasa khas, berbeda dengan gudeg pada umumnya. Gudegnya kering dengan rasa manis. Cara memasaknya pun berbeda, buah nangka muda (gori) direbus di atas tungku sekitar 100 derajat celcius selama 24 jam untuk menguapkan kuahnya.
Sebagai lauk pelengkap, daging ayam kampung dan telur bebek dipindang yang kemudian direbus. Sedangkan rasa pedas merupakan paduan sayur tempe dan sambal krecek.
Ketahanan gudeg Wijilan ini memang cocok sebagai oleh-oleh, karena merupakan gudeg kering, maka tidak mudah basi dan mampu bertahan hingga 3 hari. Tak heran jika gudeg dari Wijilan ini sudah “terbang” ke berbagai pelosok tanah air, bahkan dunia.
Harganya pun variatif, mulai dari Rp 10.000,- sampai Rp 100.000,-, tergantung lauk yang dipilih dan jenis kemasannya. Bahkan ada yang menawarkan paket hemat Rp 5.000, dengan lauk tahu, tempe, dan telur.
Seperti kemasan gudeg-gudeg di tempat lain, oleh-oleh khas Jogja ini dapat dikemas menarik dengan menggunakan ‘besek’ (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan ‘kendil’ (guci dari tanah liat yang dibakar). Yang lebih unik, beberapa penjual gudeg Wijilan ini dengan senang hati akan memperlihatkan proses pembuatan gudegnya jika pengunjung menghendaki.
Bahkan, di warung Gudeg Yu Djum menawarkan paket wisata memasak gudeg kering bagi Anda yang ingin memasak sendiri. Anda akan mendapat arahan langsung dari Yu Djum. Seharian penuh Anda akan belajar membuat gudeg, dari mulai merajang ‘gori’, meracik bumbu, membuat telur pindang, sampai mengeringkan kuah gudeg di atas api.
Melengkapi sajian nasi gudeg Wijilan akan lebih pas disertai minuman teh poci gula batu. Dijamin Anda akan ketagihan.
http://bisnisukm.com/gudeg-wijilan-khasnya-jogja.html