Rabu, 26 Juni 2013
Curug Banyunibo, Wisata Alam yang Segera Bersaing
Yogyakarta menyimpan banyak potensi
wisata alam yang belum tersentuh tangan modern bahkan keberadaanya hanya
dari informasi mulut ke mulut saja. salah satunya adalah Air Terjun
Curug Banyunibo. nama ini dirasa sangat cocok karena banyunibo sendiri
dalam bahasa jawa berarti air yang jatuh. curug banyunibo memang masih
asing di kalangan para wisatawan bahkan warga yogyakarta sendiri.
Curug banyunibo berada di Kabupaten
Bantul, tepatnya di Dusun Kabrokan Desa Sendang Sari Kecamatan Pajangan,
tepatnya di sebelah barat kabupaten bantul. tempat wisata alam ini
berada tidak jauh dari pusat kota Jogjakarta, hanya sekitar kurang lebih
45 menit. curug banyunibo memang belum dikelola dinas pariwisata. hanya
swadaya dari masyarakat sendiri yang mengelolanya. hal ini sebenarnya
juga sangat menguntungkan kerena ekonomi warga sekitar akan terangkat.
Lokasi curug banyunibo memang masih
sangat alami dan asri, akses jalan menuju kesana memang sedikit
mempersulit para wisatawan. karena hanya jalan desa biasa sehingga perlu
kewaspadaan yang cukup ekstra. medan yang sulit dan tempat yang lumayan
masih terpencil akan seketika terbayar dengan keindahan curug
banyunibo. air terjun yang kurang lebih memliki ketinggian 20 meter ini
masih alami serta udara yang masih segar. Sejanak akan membuat kita
melupakan tentang polusi udara dan kebisingan kota.
Selain menikmati indahnya air terjun
alami, di daerah desa kabrokan kulon juga terkenal dengan sentral
pembuatan kerajinan ukiran kayu dan pembuatan gula merah. selain kita
bisa menikmati indahnya wesata alam air terjun curug banyunibo kita juga
bisa membawa pulang oleh-oleh khas daerah ini.
Rabu, 19 September 2012
Becak Wisata Populer di Alkid
06.29
No comments
“Akhir-akhir ini becak wisata lebih populer dibanding sepeda tandem yang sama-sama dihiasi warna-warni lampu,” papar pemilik becak wisata asal Jalan Namburan Lor, Aji Wibowo, Selasa (18/9).
Dijelaskan Aji, sewa becak wisata sekali putaran lapangan antara Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu. Sebab, pengunjung sering menawar juga. Saat musim liburan tarif bisa dua kali lipatnya, karena jalan di Alun-alun Selatan biasa macet dan sampainya becak wisata menjadi lebih lambat. Saat hari libur, satu becak wisatanya dapat disewa sampai 10 kali. Pada hari biasa, antara 3 sampai 5 penyewa, mulai dari pukul 17.00 sampai 24.00 WIB.
Adapun harga becak wisata sudah dilengkapi lampu ada yang mulai Rp 4 juta sampai Rp 9 juta per unit. “Antara lain dipengaruhi ukuran, jumlah kayuhan dan tingkat kerumitan memasang lampu,” papar Aji yang mempunyai dua unit becak wisata.
Selasa, 18 September 2012
ENAM HARI LAGI OLIMPIADE BOCAH JAWA DIGELAR Mulai Nekeran Hingga Lompat Tali
10.15
No comments
YOGYA (KRjogja.com)- Ajang lomba permainan
tradisional yang diberi tajuk 'Olimpiade Bocah Jawa 2012' tinggal 6 hari
lagi. Acara yang diperuntukan bagi siswa TK-SD tersebut menyediakan
hadiah total Rp 20 juta.
Bagi anak-anak yang belum mendaftar, masih berkesempatan untuk mendaftarkan dengan menghubungi Kantor Redaksi Kedaulatan Rakyat atau dengan Ratih/Adhitya HP 083869459195 atau datang ke toko Alfamart di wilayah Yogyakarta.
Lomba sendiri akan diselenggarakan Minggu (23/9) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM Yogyakarta, mulai pukul 06.30 WIB. Panitia masih membuka pendaftaran bagi peserta. Permainan yang akan dilombakan nanti diantaranya untuk laki-laki adalah nekeran, eggrang, plintengan (Ketapel).
Sedangkan untuk peserta perempuan yaitu dakonan, engklek dan lompat tali. Selain permainan itu, sejumlah lomba-lomba lainnya yaitu marching band, karnaval anak, lomba menggambar dan lomba mewarnai juga akan dilaksanakan.
"Hadiah yang kami sediakan total Rp 20 juta, untuk berbagai yang kami selenggarakan," kata Senior Corporate Communications Manager Alfamart, Choirullah, Senin (17/9). Ditambahkan Choirullah, lomba yang didukung SKH Kedaulatan Rakyat ini juga sebagai bentuk kepedulian Alfamart dalam pelestarian kebudayaan bangsa. Acara ini sekaligus untuk menyemarakan Hari Ulang Tahun Ke-256 Kota Yogyakarta.
Menurut Choirullah, panitia sudah mempersiapkan berbagai hadiah menarik bagi para pemenang. Diharapkan kegiatan ini akan menjadi tontonan menarik bagi masyarakat Yogyakarta. Apalagi pada acara karnaval akan diramaikan becak-becak hias.
Bagi anak-anak yang belum mendaftar, masih berkesempatan untuk mendaftarkan dengan menghubungi Kantor Redaksi Kedaulatan Rakyat atau dengan Ratih/Adhitya HP 083869459195 atau datang ke toko Alfamart di wilayah Yogyakarta.
Lomba sendiri akan diselenggarakan Minggu (23/9) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM Yogyakarta, mulai pukul 06.30 WIB. Panitia masih membuka pendaftaran bagi peserta. Permainan yang akan dilombakan nanti diantaranya untuk laki-laki adalah nekeran, eggrang, plintengan (Ketapel).
Sedangkan untuk peserta perempuan yaitu dakonan, engklek dan lompat tali. Selain permainan itu, sejumlah lomba-lomba lainnya yaitu marching band, karnaval anak, lomba menggambar dan lomba mewarnai juga akan dilaksanakan.
"Hadiah yang kami sediakan total Rp 20 juta, untuk berbagai yang kami selenggarakan," kata Senior Corporate Communications Manager Alfamart, Choirullah, Senin (17/9). Ditambahkan Choirullah, lomba yang didukung SKH Kedaulatan Rakyat ini juga sebagai bentuk kepedulian Alfamart dalam pelestarian kebudayaan bangsa. Acara ini sekaligus untuk menyemarakan Hari Ulang Tahun Ke-256 Kota Yogyakarta.
Menurut Choirullah, panitia sudah mempersiapkan berbagai hadiah menarik bagi para pemenang. Diharapkan kegiatan ini akan menjadi tontonan menarik bagi masyarakat Yogyakarta. Apalagi pada acara karnaval akan diramaikan becak-becak hias.
Senin, 17 September 2012
Sejarah Kampung Bakpia Pathuk Yogya
11.43
No comments

Melihat latar belakang sejarahnya, bakpia sebenarnya berasal dari negeri China. Di sana, kue ini bernama Tou Luk Pia yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Munculnya bakpia di Yogyakarta tidak terlepas dari kampung Pathuk Yogyakarta. Bakpia mulai diproduksi di kampung tersebut sekitar tahun 1948 dengan peminat yang masih sangat terbatas.
Pemilik Bakpia Pathuk Djava Fendy Sanjaya dan Wieke Sutanto mengatakan, tahun 1980-an pembuatan bakpia di kampung Pathuk mulai berkembang. Fendy yang merupakan keturunan dari pemilik "Bakpia 25" menceritakan bahwa pada tahun tersebut hanya keluarganyalah yang berbisnis kue bakpia ini. Waktu itu, bakpia masih diperdagangkan secara eceran dan dikemas dalam besek.
“Kira-kira tahun 1990-an, bakpia Yogyakarta mulai dikenal dan peminat meningkat. Hal ini seiring diangkatnya icon Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata,” papar Fendy di Yogyakarta.
Sejak kunjungan wisata meningkat, warga Pathuk pun mulai belajar untuk membuat bakpia. Untuk membedakan bakpia mereka, maka bakpia diberi nama sesuai dengan nomor rumah. Maka jangan heran, bila nama-nama bakpia di Yogyakarta berisi angka-angka. Akhirnya Kampung Pathuk mulai dikenal sebagai sentra pembuatan bakpia.
Sementara itu, Fendy lebih memilih menamakan bakpianya dengan "Bakpia Djava" lantaran ingin keluar dari pakem yang berkembang selama ini. Kata "Djava" merujuk pada makanan khas dari Jawa yang diolah dengan resep tradisional tempo dulu.
Lebih lanjut Fendy mengatakan bahwa peminat bakpia terus meningkat hingga sekarang ini. Bahkan tak hanya peminatnya, namun cita rasanya pun kian beragam. Ada kacang hijau, keju, coklat, kumbu (kacang merah), durian, nanas. Kemasan bakpia pun tidak lagi menggunakan besek, melainkan dikemas dalam kertas karton dan diberi label sendiri-sendiri.
Fendy menambahkan saat ini pihaknya juga membuka gerai khusus di mana dalam gerai tersebut pembeli secara langsung dapat melihat pembuatan bakpia. Gerai ini diletakkan di dalam tokonya sehingga pembeli bisa mampir untuk melihat bahkan ikut membuat bakpia secara langsung.
“Pengembangan bisnis bakpia ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembeli. Pembeli tidak hanya bisa merasakan bakpia, namun juga perlu tahu pembuatannya,” katanya.
Rere, salah satu wisatawan asal Surabaya mengatakan bahwa bakpia memang menjadi oleh-oleh khas dari Yogyakarta yang selalu dicarinya ketika ke Yogyakarta. Menurutnya bakpia memiliki cita rasa enak, gurih, dan empuk.
“Varian rasa bakpia saat ini beragam sehingga tidak menyulitkan pembeli untuk memilih. Namun, rasa kacang hijau memang masih menjadi favorit,” paparnya.
Terkait dengan gerai khusus yang disediakan pembeli untuk melihat pembuatan langsung bakpia, ia mengaku cukup senang. Dengan gerai tersebut, pengetahuan pembeli tentang bakpia kian bertambah. Tak hanya itu, gerai ini juga bisa membuat pembeli makin mencintai produk lokal.
tribunjogja.com
Pantai Glagah
10.33
No comments

Pantai Glagah merupakan kawasan pantai yang memiliki potensi wisata besar juga karena keindahan alaminya. Pantai yang pasirnya hitam kecoklatan ini, memiliki dataran yang landai tanpa karang, sehingga memberikan panorama air laut sejauh mata memandang.
Di Pantai Glagah, sekaligus dapat
menikmati tiga objek wisata dalam satu pantai. Pertama, adalah objek
yang diberi nama Dermaga Wisata ini, untuk menikmati keindahan alam
sekitarnya, Objek Kedua adalah laguna yang letaknya beberapa ratus meter
ke arah barat dari Dermaga Air. Laguna ini membagi sebagian kawasan
Pantai Glagah menjadi dua bagian, yakni bagian yang masih ditumbuhi oleh
beberapa tumbuhan pantai dan rerumputan, dan bagian gundukan pasir yang
berbatasan langsung dengan lautan dan lainnya adalah Objek yang
merupakan kawasan pemancingan.
Kondisi Pantai Glagah yang landai, menyebabkan pantai ini berlimpah dengan hasil laut. Di kawasan pemancingan ini, pengunjung dapat bergabung dengan warga sekitar untuk memancing ikan. Bahkan, tak jarang warga sekitar mau membantu pengunjung untuk memancing.
Mengelilingi laguna ini dengan menaiki perahu motor yang banyak ditawarkan di lokasi tersebut atau juga dapat melakukan olahraga air, seperti berenang ataupun mendayung. atau berjalan ke arah barat, menuju lokasi sebuah argowisata . Argowisata ini, menyewakan perahu dayung (kano), gethek, dan juga bebek dayung untuk para pengunjung.
Pantai Glagah menjadi satu-satunya kawasan pantai yang mengembangkan budi daya buah naga di kawasan Argowisata tersebut.
Kondisi Pantai Glagah yang landai, menyebabkan pantai ini berlimpah dengan hasil laut. Di kawasan pemancingan ini, pengunjung dapat bergabung dengan warga sekitar untuk memancing ikan. Bahkan, tak jarang warga sekitar mau membantu pengunjung untuk memancing.
Mengelilingi laguna ini dengan menaiki perahu motor yang banyak ditawarkan di lokasi tersebut atau juga dapat melakukan olahraga air, seperti berenang ataupun mendayung. atau berjalan ke arah barat, menuju lokasi sebuah argowisata . Argowisata ini, menyewakan perahu dayung (kano), gethek, dan juga bebek dayung untuk para pengunjung.
Pantai Glagah menjadi satu-satunya kawasan pantai yang mengembangkan budi daya buah naga di kawasan Argowisata tersebut.
Pantai Glagah , banyak disiapan peralatan
olah raga air dan perahu untuk dipersewakan , juga memiliki sebuah
panggung terbuka, yang biasanya digunakan untuk mengadakan pentas seni,
budaya, dan beragam hiburan lainnya. atau tempat beristirahat yang
banyak terdapat di sekitar Pantai Glagah, seraya menikmati beragam
masakan laut hasil olahan penduduk setempat. atau penginapan. Disisi lain pantai ini juga baik untuk memancing di laut yang berombak
Untuk mengunjungi pantai ini, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaran umum. dari Yogyakarta ke Wates kemudian ke Lokasi Wisata
http://galeriwisata.wordpress.com
Pecel Daging Penuh Citra Rasa
07.16
No comments
BANTUL (KRjogja.com) - Makan pecel bagi semua orang pasti sudah biasa, namun pecel daging yang ditawarkan Warung Pecel Cabean di Jalan Parangtritis ini sayang jika tidak mampir dan mencicipinya. Pecel yang disajikan dengan irisan daging sapi dengan cita rasa bumbu yang khas ditambah bangunan eksotis model joglo, dengan penantaan ruang yang artistik penuh keindahan, menambah kenikmatan dalam menyantap pecel cabean.
Pemilik Waroeng Pecel Cabean, Suradi mengatakan pada awalnya adalah keinginan ketika setiap akhir pekan jalan-jalan dan menemukan tempat kuliner bersama keluarga. Dari jalan-jalan tersebut munculah ide membuat kuliner tradisi yang beda dengan yang lainya.
"Disini pecelnya memang biasa, yang membuat luar biasa adalah ramuan khusus yang memang tidak sembarang orang mengetahuinya. Satu porsi pecel berisi sayuran bayam, wortel, toge dan kacang panjang. Ditambah potongan daging sapi yang dipotong kotak-kotak? dan digoreng kering, ditaburi bawang goreng. Di atasnya dua potong lempeng karak," ungkapnya saat ditemui di warung pecelnya Jalan Parangtritis Km.6 Sewon Bantul, Yogyakarta.
Suradi mengatakan pecel ini memang sangat menjadi andalan, terutama sambel pecelnya yang terasa benar kacangnya. Cocok dipadu dengan empal yang manis, plus karak rasanya gurih sebagai sedikit meredam rasa manis empal. Sehingga menghasilkan rasa guris, manis, dan sedikit asin bercampur jadi satu.
Di Woroeng Pecel Cabean ini, kita tidak saja menikmati hidangan, melainkan kita dapat melihat dokumentasi foto-foto Yogya pada masa lalu. Waroeng Pecel Cabean ini, menurut Suradi, ingin mengembalikan tradisi yang hampir punah, dulu kita sering mendatangi warung-warung lesehan sambil ngrumpi, di tempat ini, pengunjung dapat melakukan apa saja.
Dengan kapasitas ratusan kursi , jika pengunjung menginginkan untuk pertemuan bersama sanak keluarga atau sekadar teman, pecel cabean ini melayani semuanya.
Menu hidangan tambahan khas jawa lainnya adalah baceman tahu, tempe dan empal. Disiapkan juga toples-toples berisi rempeyek, krupuk, kacang, dan sebagainya. Jika anda datang pada Sabtu dan Minggu disediakan jajan pasar. Di tempat ini pula disediakan menu makanan umum lainnya adalah aneka sup, mie dan sayur, bakaran, seafood dan masakan bernuansa oriental.
Harga memang berbeda dari warung atau rumah makan lainya. Di Waroeng Pecel cabean harga masih bertaraf standar, dari kantong menengah kebawah pun dapat mencobanya dengan hanya Rp 20ribu per porsi. Yang lebih unik adalah tersedia minuman? tradisional Jawa seperti beras kencur, teh poci dan semacamnya, ada pula limun zaman dulu dengan harga dari mulai Rp. 2.500 sampai Rp.6.000. (Fir)
Sabtu, 15 September 2012
Rawan Kecelakaan, Jalur Kleringan Ditutup Separuh
11.15
No comments
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Satlantas Polresta Yogyakarta menerapkan
penutupan separuh jalur Kleringan bawah (underpass), bagi pengendara
dari arah Jl Mangkubumi menuju kawasan Malioboro Yogyakarta. Hal itu
dilakukan menyusul pemanfaatan jembatan Kleringan Yogyakarta yang baru
selesai dibangun beberapa waktu lalu belum optimal.
Kasatlantas Polresta Yogyakarta, Kompol Bambang SW, ditemui pada Jumat (14/9/2012), mengatakan, penutupan separuh jalur Kleringan agar kendaraan dari arah Mangkubumi tidak menumpuk di titik tanjakan sebelum Gardu Anim tersebut. Pasalnya, jembatan Kleringan belum dimanfaatkan sebagaimana konsep awal ketika dibangun.
Kendaraan dari arah Mangkubumi yang hendak menuju kawasan Malioboro atau Jl Mataram, selama ini cenderung menumpuk di Kleringan bawah. Jalur Underpass itu kapasitasnya jauh lebih lebar dibanding lainnya. Dengan penutupan separuh, maka sebagian kendaraan akan sedikit mengantre di jalur sebelum Gardu Anim lajur kanan (barat), sedangkan lainnya akan terus melewati jembatan Kleringan memutari Kridosono.
Semula jembatan Kleringan memang dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di jalur tersebut. Informasi dihimpun, konsepnya adalah dengan mengarahkan kendaraan dari Jalan Mangkubumi yang akan menuju Kota Baru atau Malioboro wajib melalui Jembatan Kleringan. Sementara underpass, di bawah rel kereta api hanya akan dilalui kendaraan dari arah Jalan Mataram, dan Jalan Pasar Kembang yang akan menuju Kota Baru.
Namun setelah selesai dibangun, konsep tersebut belum juga diterapkan. Evaluasi dari Satlantas, tikungan di Jembatan Kleringan untuk menuju Malioboro terlalu tajam, sehingga berbahaya jika bertemu dengan kendaraan yang dari Kotabaru menuju Malioboro. Secara fisik, Satlantas menengarai perlunya perubahan atau bahkan penambahan pembangunan sehingga tikungan itu tidak terlalu tajam.
Kasi Rekayasa Lalin Dishub Kota Widarto membenarkan bahwa pembangunan jembatan yang menelan anggaran lebih dari Rp 9 miliar itu belum sepenuhnya selesai. Dengan begitu maka sampai saat ini rekayasa lalu lintas yang direncanakan belum dapat berfungsi. Dia mengakui jembatan itu memerlukan pembenahan fisik.
Sementara hal itu belum dilakukan, saat ini Satlantas menambahkan devider tentative atau pembatas di separuh jalan Kleringan tepatnya pada underpass, untuk mengarahkan arus lalin. Rencana semula, kendaraan dari Mangkubumi yang menuju Malioboro diarahkan memutari sungai atau melewati jembatan Kleringan.
"Sekarang masing menunggu penambahan fisik, mungkin dilaksanakan 2-3 bulan ke depan," kata Widarto.
Kasatlantas Polresta Yogyakarta, Kompol Bambang SW, ditemui pada Jumat (14/9/2012), mengatakan, penutupan separuh jalur Kleringan agar kendaraan dari arah Mangkubumi tidak menumpuk di titik tanjakan sebelum Gardu Anim tersebut. Pasalnya, jembatan Kleringan belum dimanfaatkan sebagaimana konsep awal ketika dibangun.
Kendaraan dari arah Mangkubumi yang hendak menuju kawasan Malioboro atau Jl Mataram, selama ini cenderung menumpuk di Kleringan bawah. Jalur Underpass itu kapasitasnya jauh lebih lebar dibanding lainnya. Dengan penutupan separuh, maka sebagian kendaraan akan sedikit mengantre di jalur sebelum Gardu Anim lajur kanan (barat), sedangkan lainnya akan terus melewati jembatan Kleringan memutari Kridosono.
Semula jembatan Kleringan memang dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di jalur tersebut. Informasi dihimpun, konsepnya adalah dengan mengarahkan kendaraan dari Jalan Mangkubumi yang akan menuju Kota Baru atau Malioboro wajib melalui Jembatan Kleringan. Sementara underpass, di bawah rel kereta api hanya akan dilalui kendaraan dari arah Jalan Mataram, dan Jalan Pasar Kembang yang akan menuju Kota Baru.
Namun setelah selesai dibangun, konsep tersebut belum juga diterapkan. Evaluasi dari Satlantas, tikungan di Jembatan Kleringan untuk menuju Malioboro terlalu tajam, sehingga berbahaya jika bertemu dengan kendaraan yang dari Kotabaru menuju Malioboro. Secara fisik, Satlantas menengarai perlunya perubahan atau bahkan penambahan pembangunan sehingga tikungan itu tidak terlalu tajam.
Kasi Rekayasa Lalin Dishub Kota Widarto membenarkan bahwa pembangunan jembatan yang menelan anggaran lebih dari Rp 9 miliar itu belum sepenuhnya selesai. Dengan begitu maka sampai saat ini rekayasa lalu lintas yang direncanakan belum dapat berfungsi. Dia mengakui jembatan itu memerlukan pembenahan fisik.
Sementara hal itu belum dilakukan, saat ini Satlantas menambahkan devider tentative atau pembatas di separuh jalan Kleringan tepatnya pada underpass, untuk mengarahkan arus lalin. Rencana semula, kendaraan dari Mangkubumi yang menuju Malioboro diarahkan memutari sungai atau melewati jembatan Kleringan.
"Sekarang masing menunggu penambahan fisik, mungkin dilaksanakan 2-3 bulan ke depan," kata Widarto.
Doa seorang Pria, (5 detik menjelang ajal)
11.10
No comments
Dia
seorang pria, diukur dengan parameter apapun di dunia ini adalah pria
yang bahagia dan sentosa lagi sejahtera. Bagaimana tidak, hidup
berkelimpahan harta dikelilingi keluarga yang dicintai dan mencintainya.
Amal dan zakat mengalir lancar dari kas keluarganya, untuk membangun
banyak rumah ibadah, membantu dan menyantuni sangat banyak anak
terlantar, sumbangan ke organisasi agamanya, membiayai misi penyebaran
agamanya, membiayai misi perjuangan untuk kemuliaan dan kejayaan
agamanya, dan banyak lagi.
Hidup
duniawi yang sejahtera. Hampir semua yang tertulis pada kitab suci
telah dilakoninya, dengan setulus dan segenap jiwa raganya. Bukankah
sangat wajar jika pria ini merasa bahwa sebuah tempat di surga telah dan akan menjadi miliknya.
Wajar
pula jika sesaat nafas akan berakhir, lima detik menjelang sakaratul
maut menjemput, sang pria bahagia menghaturkan doa dengan segenap
kerendahan hati dan setulus jiwa raga, sekedar mengingatkan Tuhan
tentang segala perbuatan amal ibadahnya yang mendekati sempurna di
dunia. Berdoalah dia :
“terimakasih
ya Allah yang maha kuasa, telah memberkatiku dengan segala berkat
duniawi. Dan terimakasih juga atas kekuatan dariMu, Kau mampukan aku
untuk melakukan segala kehendakMu. Kau berkati aku dengan harta sehingga
aku dapat beramal dan berzakat, Kau berkati aku dengan kekuatan
sehingga aku dapat berjuang untuk kemuliaanMu, aku mampu berperang untuk
menyebarkan ajaranMu, aku mampu berjihad untuk membelaMu, aku
berkekuatan untuk mendirikan kerajaanMu. Maka mohon berkatilah aku
sekali lagi, untuk segala amal dan zakatku, untuk segala keringat dan
jerih payahku, demi kemuliaan namaMu, demi tegaknya hukumMu, demi
tersebarnya firmanMu, berkatilah aku dengan secuil tempat di sampingMu,
di surga yang maha indah. Amien”.
Tetapi
ada secuil suara samar di telinganya, entah suara siapa dia tidak tahu
karena dia belum pernah mendengar intonasi suara bariton itu.
Hihi
hihi, emang lho itu siape, merasa perbuatanmu membuat Allah jadi mulia.
Emang lho sekuat ape, lho mampu mendirikan kerajaan Allah ?, jangan
culun gitu dong. Lho itu tak lebih dari sebutir debu, malah merasa lho
yang menyebarkan firman Allah, sombong. Ada atau tidak ada lho, nggak
ngaruh sama kemuliaan Allah, kerajaan Allah akan tetap ada dan eksis
sampai kapanpun, dan firmanNya tetap akan tersebar luas. Lagian
bagaimana sebutir debu seperti lho mau membela Allah yang maha kuat,
selain culun kau itu sok pamer saja.
Sang pria merasa kaget dan sedikit marah, tapi mengingat ajal yang menjelang maka dipanjangkannyalah sabarnya.
Tetapi aku kan membantu banyak orang miskin, menyumbang pembangunan rumah ibadah, menyantuni anak yatim.
Ya,
dan semua yang kau lakukan hanya terhadap orang yang agamanya sama
dengan agamamu. Perampok juga melakukan itu, mereka merampok dan lalu
membantu keluarganya yang miskin, dan lalu menyumbang untuk menolong
sesama perampok yang sedang kesusahan, perampok juga berperang untuk
membela sesama perampok, dan diantara sesama perampok terdapat rasa
saling setia, saling membela dan saling melindungi. Jadi apakah yang
membedakan kau dengan perampok?
Aku
berjalan di jalan Allah, perampok berjalan di jalan sesat. Aku beramal
dari hasil keringatku, perampok itu beramal dengan memeras keringat
orang lain. Pria yang bahagia ini mulai terpancing emosinya.
Wou,
tadi kau bilang itu semua adalah berkat dari Allah, sekarang kau bilang
itu hasil keringatmu, mana yang betul?. Kau bilang kau berjalan di
jalan Allah, tetapi kau biayai orang untuk meledakkan bom dan membunuh
ciptaan Allah. Kau bunuh orang yang menghina Allah, kau siksa orang yang
tidak mengakui Allah, kau rajam orang yang mencaci maki Allah, kau
tebas leher orang yang memurtadkan Allah, kau tusuk jantung orang karena
tidak mau bersujud di hadapan Allah, kau kucilkan orang yang tidak
mematuhi perintah Allah.
Bukankah begitu perintah Allah?
Ha?…kau
pikir Allah maha lemah karena membiarkan diriNya dihina, dicaci maki,
tidak diakui, tidak disujudi, perintahNya dicuekin, sehingga Allah
membutuhkan engkau untuk memulihkan harga diriNya ?. culun ….. culun
Sementara
Allah maha bersabar menunggu sebuah pertobatan mahluk manusia yang
dicintaiNYa itu, engkau dengan pongah menghilangkan kesempatan
pertobatan itu.
Sang pria ini tersadar akan sebuah dosa besar yang dilakukannya, yaitu dengan menghilangkan kesempatan orang untuk bertobat.
Dan pada detik terakhir hidupnya, pertobatan itulah yang dilakukannya, dan menyelamatkannya.
Amin.
Jumat, 14 September 2012
Berpagi-pagi Menjemput Rezeki
12.53
No comments
SETIAP pagi, selesai adzan shubuh, suara
berderak sapu lidi menyentuh tanah, adalah musik harianku.Bukan aku yang
melakukannya, tetapi Sumi, tetangga depan rumahku.
Wanita sederhana usia 42 tahun itu selalu
menyapu halaman rumahku, setiap pagi, hampir selalu. Mungkin dalam
setahun ia hanya cuti melakukan aktivitas itu 3 atau 4 kali.
Aku pernah bertanya padanya, “Bagaimana mungkin kamu sudah memegang sapu, sedangkan jamaah sholat di masjid belum pulang?”
Saat itu aku pulang dari subuhan di masjid, dan ia telah menyelesaikan sebagian besar halaman rumahku dengan sapu lidinya.
“Saya bangun sebelum subuh, menjerang air, lalu berwudhu. Begitu adzan, saya langsung subuhan lalu ambil sapu…” jawabnya.
Waah…
Kucontohkan pada anak-anakku, kisah itu. Bahwa semestinya setiap orang berpagi-pagi menjemput rezeki seperti mbak Sumi.
“Tapi kenapa mbak Sumi hidupnya begitu-begitu saja?” tanya anakku.
Aku paham apa yang dia maksudkan dengan
begitu-begitu saja… Anakku belum bisa melihat kehidupan secara utuh.
Barangkali juga banyak orang lain melihatnya demikian. Biar lebih jelas
kuceritakan saja.
Sumi adalah janda cerai dengan satu anak. Ia
hidup bersama ibunya yang sudah renta. Mereka tinggal di sebuah rumah
kecil yang dibangun dari hasil bantuan untuk korban gempa, persis di
tanah kas milik desa, di depan rumahku. Anak semata wayangnya barusan
lulus STM dan telah diterima bekerja di sebuah pabrik pertambangan di
Kaltim.
Sehari-hari Sumi bekerja di sebuah pabrik
mebel, pemasok ekspor ke beberapa negara. Aku mengenalnya 6 tahun yang
lalu, sejak kami pindah rumah ke kampung ini. Awalnya aku melihat Sumi
biasa saja, sebagaimana banyak perempuan desa yang telah tinggal di
kampung ini sebelum kami datang.
Perawakannya kurus, tingginya sedang,
kulitnya kecoklatan karena setiap hari mengayuh sepeda berangkat dan
pulang ke pabriknya yang berjarak sekitar 5 km dari tempat tinggalnya.
Namun tidak disangka, perawakannya yang kurus menyimpan tenaga yang
sangat besar. Ia biasa mengangkat mebel-mebel berat untuk dimuat di
kontainer.
Sumi cukup pendiam, bicara seperlunya saja.
Ia tidak pintar berbasa-basi atau beramah tamah. seolah ia terlahir
hanya untuk bekerja. Pada awalnya, aku mengira ia tidak ramah. Namun
setelah beberapa waktu, aku menghargai kedisiplinannya.
Setiap pagi, tepat jam 07.00 ia pasti sudah
mengayuh sepeda menuju pabriknya. Nanti sekitar jam 16.00, ia akan
kembali tiba di rumah. Kadang jika lembur ia pulang sekitar jam 18.30.
Pada jadwal normal, ia bersegera membereskan
pekerjaan rumahnya, meladeni orangtuanya dan membersihkan dirinya. Lalu
saat adzan maghrib berakhir, ia sudah sampai di rumahku, bersiap
menyeterika baju.
Aku pernah bertanya padanya, “Adzan magrib baru selesai, kok kamu sudah sampai sini ? Apa kamu sudah sholat maghrib ?”
“Saya mandi dan berwudhu sebelum maghrib,
lalu begitu adzan, saya langsung sholat maghrib tanpa menunggu usai
adzan, setelah itu langsung ke sini…” jawabnya.
Waah…
Lantas ia menyeterika cucian orang serumahku
yang menggunung. Kadang usai jam 21.00. Jika sangat banyak, kadang usai
jam 22.00. Hasil seterikaannya rapi.
“Jam berapa kamu istirahat?”
“Nanti sepulang dari sini, nyuci baju sebentar terus istirahat…”
Melihat kegigihannya menghidupi dirinya, ibunya dan anaknya, itulah aku bersimpati.
Pada suatu hari, empat tahun yang lalu, ia tengah menyapu halaman dan aku menghampirinya.
“Anakmu sudah lulus SMP, mau melanjutkan dimana?”
“Tidak melanjutkan bu, saya tidak kuat membiayai sekolah SMU. Uang masuknya tidak sedikit….”
“Anakmu harus sekolah, zaman sekarang kalau
hanya lulusan SMP mau jadi apa. Kamu suruh daftar dia ke STM, biar nanti
bisa langsung kerja. Biar aku carikan biaya.” Sejak itu aku punya anak
asuh, anaknya Sumi.
Begitulah, anaknya ternyata cukup berprestasi
sehingga, begitu lulus, ia lolos seleksi langsung disalurkan mengikuti
pelatihan di Jakarta selama 3 bulan, lalu bekerja di pabrik
pertambangan. Dan beberapa bulan setelah dikirim ke Samarinda, untuk
pertama kalinya ia pulang dari Kaltim dengan naik pesawat…
Sampai disini, apakah anda bisa memahami ceritaku yang centang perenang ini?
Sesungguhnya, rezeki itu, tidak selalu
berbentuk materi, yang orang lain melihatnya dengan standar tertentu.
Sumi perempuan lugu, single parents. Ia hanya menapaki hari-harinya,
tanpa banyak keinginan dan tuntutan. Sejak dulu sepeda kayuhnya tidak
pernah ganti. Sejak dulu rumahnya tidak pernah direnovasi, dan nyaris
aku tidak pernah melihat dia piknik kemanapun.
Namun ia mensyukuri banyak hal.
Ia selalu sehat dan kuat melakoni
kewajibannya. Nyaris tak pernah sakit. Itu adalah rezeki yang tak
ternilai oleh harta. Ia bisa menyekolahkan anak hingga mendapat
pekerjaan yang sesuai. Anaknya bisa sekolah sampai lulus. Itu adalah
bagian dari rezekinya. Bahkan saat usai gempa yang merobohkan rumahnya,
ia mendapat bantuan uang dari perusahaannya yang lebih besar dari yang
diterima teman-temannya. Uang itu, sekitar Rp 4,5 juta, mungkin baginya
cukup besar nilainya, ia serahkan pada kami, aku dan suamiku.
“Bapak, ini uang dari perusahaan, tolong dipakai untuk membangun kembali rumah saya”
Dan suamiku mengiyakan saja, hingga dengan berbagai cara jadilah sebuah rumah tembok kecil ukuran 5 x 6 meter.
Saat orang tuanya juga mendapat dana Pokmas
untuk korban gempa, ia membangun 1 rumah lagi, bahkan kini mereka punya
dua rumah kecil yang berdampingan.
Bukankah itu rezekinya?
Mungkin orang melihat, tak ada yang berubah
dari kehidupan hariannya. Seperti pagi ini, ia masih saja menyapu
menembus dingin. Dan tak lama lagi ia akan mengayuh sepeda, menuju
pabriknya. Dan nanti sore ia telah hadir menyeterika.
Namun aku tahu, ia menikmati semua itu. Dalam
hatinya ada kebanggaan mengingat anak semata wayangnya, yang telah bisa
mencari penghidupan, walau jauh di seberang, sementara anak lain
seusianya, masih merengek kepada orangtuanya. Kebahagiaan itu adalah
bagian dari rezekinya.
Ayo berpagi-pagi menjemput rezeki dan kebahagiaan.
kompasiana.com
kompasiana.com